PERCAYA
kepada malaikat adalah antara rukun iman. Ada malaikat yang ditugaskan
berdoa kepada makhluk manusia dan sudah tentu seseorang yang didoakan
malaikat mendapat keistimewaan.
Dalam hidup, kita sangat memerlukan
bantuan rohani dalam menghadapi ujian yang kian mencabar. Bantuan dan
sokongan malaikat sangat diperlukan. Ketika kita menghadapi masalah,
kerumitan, keperluan dan bimbingan,
bukan saja kita perlukan kekuatan doa dari lidah, tetapi juga sokongan
malaikat. Antara orang yang mendapat doa malaikat ialah:
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Sesiapa yang tidur dalam keadaan suci,
malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun
hingga malaikat berdoa: “Ya Allah, ampunilah hamba-Mu si fulan kerana
tidur dalam keadaan suci.”
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu solat. Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya:
“Tidaklah salah seorang antara kalian yang
duduk menunggu solat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali
kalangan malaikat akan mendoakannya: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.’“
3. Orang yang berada di saf depan solat berjemaah. Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Sesungguhnya Allah dan kalangan malaikat-Nya berselawat ke atas (orang) yang berada pada saf depan.”
4. Orang yang menyambung saf pada solat berjemaah:Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Sesungguhnya Allah dan kalangan malaikat selalu berselawat kepada orang yang menyambung saf.”
5. Kalangan malaikat mengucapkan ‘amin’ ketika seorang imam selesai membaca Al-Fatihah. Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya:
“Jika seorang imam membaca…(ayat terakhir
al-Fatihah sehingga selesai), ucapkanlah oleh kamu ‘aamiin’ kerana
sesiapa yang ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, dia akan diampuni dosanya yang lalu.“
6. Orang yang duduk di tempat solatnya selepas melakukan solat. Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Kalangan malaikat akan selalu berselawat
kepada satu antara kalian selama ia ada di dalam tempat solat, di mana
ia melakukan solat.”
7. Orang yang melakukan solat Subuh dan Asar secara berjemaah. Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya:
“Kalangan malaikat berkumpul pada saat
solat Subuh lalu malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang
sudah bertugas malam hari hingga Subuh) naik (ke langit) dan malaikat
pada siang hari tetap tinggal. “Kemudian mereka berkumpul lagi pada
waktu solat Asar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga
solat Asar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal lalu Allah bertanya kepada mereka:
“Bagaimana kalian meninggalkan hamba-Ku?” Mereka menjawab: ‘Kami datang
sedangkan mereka sedang melakukan solat dan kami tinggalkan mereka
sedangkan mereka sedang melakukan solat, ampunilah mereka pada hari
kiamat.’ “
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa pengetahuan orang yang didoakan. Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Doa seorang Muslim untuk saudaranya yang
dilakukan tanpa pengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan
dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil
baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan,
malaikat itu berkata ‘aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia
dapatkan.’”
9. Orang yang membelanjakan harta (infak). Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Tidak satu hari pun di mana pagi harinya
seorang hamba ada padanya kecuali dua malaikat turun kepadanya, satu
antara kedua-duanya berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang
berinfak…’”
10. Orang yang sedang makan sahur. Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya:
“Sesungguhnya Allah dan kalangan malaikat-Nya berselawat kepada orang yang sedang makan sahur.”
11. Orang yang sedang melawat orang sakit. Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70,000 malaikat untuknya yang akan berselawat kepadanya di waktu siang hingga petang dan di waktu malam hingga Subuh.”
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM....!! I LOVE EVERYTHING ABOUT ISLAM,, SO I'M WITH MY BLOG WILL WRITE AND PUT EVERYTHING ABOUT ISLAM... ENJOY IT!! AND READ IT!!
Kamis, 12 Januari 2012
11 jenis manusia di doa malaikat
Diposting oleh
anida's blog
di
17.37
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Senin, 09 Januari 2012
Nasihat Ibnu Abbas
Wahai orang yang suka berbuat dosa......
jangan pernah tenang dengan akibat dosamu.......
ketahuilah, banyak hal yang menyertai perbuatan dosamu justru lebih besar dari dosa itu sendiri..........
Hilangnya rasa malu dari dirimu kepada yang ada di samping kanan dan kirimu......
saat kamu melakukkan dosa,, adalah tidak lebih ringan dari dosa itu sendiri......
mengapa kamu tertawa ketika melakukan dosa??......
padahal kamu tidak mengetahui yang akan dilakukan oleh Allah terhadapamu.....
Ia lebih besar dari perbuatan dosamu itu...........
Rasa bahagiamu setelah melakuka dosa adalah lebih berbahaya dari perbuatan dosa itu sendiri........
rasa sedihmu ketika tidak dapat melakukan dosa adalah lebih berbahaya dari perbuatan dosa itu sendiri.....
Kekhawatiranmu jika embusan angin akan menyingkap tirai yang menutupi dosamu, saat kamu melakukannya...
sementara hatimu tidak gelisah dengan pandangan Allah kepadamu,, adalah lebih besar dari perbuatan dosamu itu.......
Wahai orang yang suka berbuat dosa..........
apakah kamu tahu, apa dosa Ayyub as yang menjadi alasan bagi Allah SWT untuk mengujinya dengan penyakit ditubuhnya dan kehancuran kekayaannya???
dosanya adalah hanya karena ada orang miskin yang datang kepadanya untuk meminta bantuan agar ia dibebaskan dari kezhaliman yang dialaminya,, tapi Ayyub as. tidak membantunya.....................
jangan pernah tenang dengan akibat dosamu.......
ketahuilah, banyak hal yang menyertai perbuatan dosamu justru lebih besar dari dosa itu sendiri..........
Hilangnya rasa malu dari dirimu kepada yang ada di samping kanan dan kirimu......
saat kamu melakukkan dosa,, adalah tidak lebih ringan dari dosa itu sendiri......
mengapa kamu tertawa ketika melakukan dosa??......
padahal kamu tidak mengetahui yang akan dilakukan oleh Allah terhadapamu.....
Ia lebih besar dari perbuatan dosamu itu...........
Rasa bahagiamu setelah melakuka dosa adalah lebih berbahaya dari perbuatan dosa itu sendiri........
rasa sedihmu ketika tidak dapat melakukan dosa adalah lebih berbahaya dari perbuatan dosa itu sendiri.....
Kekhawatiranmu jika embusan angin akan menyingkap tirai yang menutupi dosamu, saat kamu melakukannya...
sementara hatimu tidak gelisah dengan pandangan Allah kepadamu,, adalah lebih besar dari perbuatan dosamu itu.......
Wahai orang yang suka berbuat dosa..........
apakah kamu tahu, apa dosa Ayyub as yang menjadi alasan bagi Allah SWT untuk mengujinya dengan penyakit ditubuhnya dan kehancuran kekayaannya???
dosanya adalah hanya karena ada orang miskin yang datang kepadanya untuk meminta bantuan agar ia dibebaskan dari kezhaliman yang dialaminya,, tapi Ayyub as. tidak membantunya.....................
Diposting oleh
anida's blog
di
13.33
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Sabtu, 07 Januari 2012
♥●• Ayah, Ibuku tercinta…Izinkan Ananda Bercadar •●♥
بِسْــــــ…ــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
… Cadar… Satu kata yang dulu sempat membuat diriku takut untuk
mendekati orang-orang yang memakainya. “Mungkin mereka jelek, makanya
menutupi wajahnya, atau mungkin dia mempunyai gigi taring seperti
drakula ataukah mungkin dia..begini..begini dan begitu”. Begitu banyak
pikiran-pikiran yang menghantuiku ketika masih menjadi orang yang belum
tahu tentang syari’at Alloh tentang cadar ini.
Sampai suatu ketika Alloh menakdirkanku untuk mengenal sekumpulan
akhwat yang bercadar, “subhanalloh” satu kata yang terlontar dari
lisanku waktu itu. Ternyata mereka tidak seperti yang aku pikirkan
selama ini, ternyata cadar merupakan salah satu syari’at dari islam.
Berawal dari perkenalanku dengan para akhwat, disitulah awal mula
diriku mengenal ilmu yang shohih, hari-hari kujalani dengan ilmu-ilmu
yang yang selama ini kuanggap hanya sebatas budaya dan pemikiran
orang-orang belaka. Sedikit demi sedikit kuamalkan ilmu yang telah
kudapatkan, pergaulan antara lawan jenis, musik, ikhtilath, sampai ke
syarat-syarat jilbab yang syar’i pun kulalui dan kuamalkan.
Alhamdulillah, meski banyak rintangan dan cobaan dalam mengamalkannya.
Tapi begitulah perjuangan. Begitulah konsekuensi dari amalan yang telah
kita ilmui. Tapi untuk masalah cadar, ah, diriku sungguh tak tertarik
untuk menggunakannya.
Sempat mempelajari tentang hukum dari cadar dan waktu itu
berkeinginan untuk mempelajarinya lebih dalam, tapi teringat akan ucapan
bapak, “kamu boleh pakai jilbab yang besar tapi jangan sampai bercadar.
Nanti boleh bercadar kalau sudah nikah.” Ya sudahlah mendingan aku
ambil hukum yang sunnahnya saja, daripada bapak marah. Toh nanti kalau
dah nikah aku akan pakai cadar juga insya Alloh, untuk sekarang ga
usahlah, pikirku dalam hati. Akhirnya niat untuk mempelajari hukum cadar
lebih lanjutpun aku urungkan.
“Astghfirulloh, apakah jilbab yang sudah cukup lebar ini masih bisa saja menimbulkan fitnah bagi seorang laki-laki?”
Manusia boleh berencana tapi Alloh lah yang berhak menentukan jalan
hidup kita. Alhamdulillah, hidayah Alloh datang kepadaku, yang awal
mulanya diriku begitu kekeh untuk tidak bercadar, niat untuk mempelajari
hukumnya pun ogah-ogahan, namun Alloh menakdirkan padaku untuk lebih
mengetahui tentang cadar ini melalui sebuah fitnah yang kualami di
kampus. Seorang teman memberitahukan padaku bahwa ada seseorang yang
terfitnah gara-gara diriku. “Astghfirulloh, apakah jilbab yang sudah
cukup lebar ini masih bisa saja menimbulkan fitnah bagi seorang
laki-laki?” Airmatapun mulai mengalir, bukan karena terharu disebabkan
ada orang yang “ngefans” tapi karena merasa bahwa diri ini adalah sumber
fitnah. Belum bisa menyempurnakan hijab, tidak bisa menjaga diri, dll.
Lama diriku merenung. “Kenapa sampai ada yang terfitnah? Toh aku tak
pernah berkomunikasi dengannya? Jangankan berbicara, senyumpun tak
pernah.” Apa yang menyebabkan semua itu??Apa??? Wajah… Ya inilah sumber
dari fitnah itu… Seketika itu pun diriku bertekad dengan kuat untuk
mempelajari hukum cadar, walaupun masih teringat dengan kata-kata bapak,
namun tak mengurungkan niatku untuk belajar..
Alhamdulillah, Alloh memudahkan jalanku untuk mempelajari ilmu
tentang cadar ini, mulai dari dukungan akhwat, cerita cerita akhwat yang
memberikan motivasi, buku-buku yang mereka pinjamkan, sampai ketika
salah seorang ustadzah dari Arab datang ke kota Serambi Madinahku buat
memberikan dirosah. Sampai suatu hari ketika sang ustadzah telah selesai
memberikan dirosahnya, kulihat dirinya sedang duduk untuk istirahat,
aku pun mengajak seorang kakak untuk menemaniku berbicara kepada
ustadzah tentang masalah cadar (karena ketidaktahuanku bercakap dalam
bahasa arab, makanya minta tolong ke akhwat buat jadi penerjemahnya.
Syukron wa jazaakillahu khair buat kakak yang membantu diriku saat itu.)
Kakak : “Adik ini ingin bertanya kepada anda wahai ustadzah, dia
ingin sekali memakai cadar namun orangtuanya melarangnya, tolong berikan
nasehatmu padanya.”
Ustadzah: “Kalau dia meyakini bahwa hukum cadar adalah wajib maka
apapun konsekuensi yang harus dia dapatkan sekalipun orangtua melarang
maka dia tetap harus memakainya, tapi ketika dia meyakini bahwa itu
hanyalah sunnah maka lebih baik dia mengikuti permintaan orang tuanya.”
(Kira-kira seperti itulah percakapan mereka kalau diterjemahkan dalam
bahasa indonesia.)
Sampai suatu ketika keyakinanku mengatakan bahwa cadar itu adalah sebuah kewajiban.
Hemm. Ternyata, point yang kudapatkan dari pernyataan ustadzah adalah
“ilmu sebelum berbuat”. Ya, aku harus mempelajarinya lagi lebih dalam
tentang cadar (waktu itu aku masih menganggapnya sebatas sunnah).
Hari-haripun kulalui dengan berusaha mencari tahu tentang hukum cadar.
Mulai dari bertanya ke ustadz, bertanya ke akhwat dan berbagai cara
kutempuh untuk mengetahui hukum sebenarnya dari cadar. Sampai suatu
ketika keyakinanku mengatakan bahwa cadar itu adalah sebuah kewajiban.
Tapi bagaimana dengan orangtua? Inilah ujianku selanjutnya. Aku harus
berusaha memahamkan kepada mereka sedikit. Akhirnya akupun berusaha
menutupi wajah ini sedikit demi sedikit, walaupun belum menggunakan
cadar tapi wajah ini sering kututup dengan jilbabku ketika ada seorang
laki-laki ajnabi yang lewat dihadapanku. Dan ini berlangsung sampai
beberapa hari.
Suatu hari tiba-tiba keluargaku berkumpul di ruang keluarga, bapakku
tiba-tiba mengatakan padaku, “bapak ga mau lihat kamu pakai cadar.”
Tiba-tiba suasana di rumah menjadi tegang (ternyata selama ini bapak
memperhatikanku, karena begitu seringnya aku menutup wajahku dengan
jilbab yang kupakai, sampai beliau mengira bahwa aku telah bercadar
waktu itu.) Bapak dengan berbagai ucapannya sambil menunjuk-nunjuk ke
arahku mengatakan, “bapak ga mau kamu pakai cadar!!!”
“Apapun alasannya, bapak ga mau kamu pakai cadar. Kalau sampai pakai cadar, kamu jadi anak durhaka sama bapak!!!”
“Ga usah suruh temanmu kesini lagi, kalau ada temanmu yang datang, bapak akan usir.”
Bla..bla..bla… Berbagai macam perkataan bapak pada diriku saat itu.”
Aku bisa paham terhadap ucapan bapak, karena memang beliau kurang paham
apalagi beliau jarang bermulazamah dengan ustadz-ustadz. Tapi yang
membuatku begitu sedih adalah ketika ibuku mendukung argumen bapak dan
juga ikut-ikutan memarahiku dan melarangku. Aku kaget, karena yang
selama ini aku tahu bahwa ibu mengenal beberapa ustadz dan teman-temanku
yang bercadar. Pikirku waktu itu, ibu mungkin setuju-setuju saja pada
saat aku bercadar. Tapi ternyata, ibuku pun melarang dan ikut-ikutan
memboikotku.
Pada hari itu, bertepatan dengan perginya bapak kembali berlayar,
sebelum beliau berangkat beliau datang ke kamarku dan mendapati diriku
yang hanya bisa menangis tersedu-sedu dan mengatakan, “Ingat, bapak ga
mau kamu pakai cadar!!!” Ya Alloh, sekeras itukah hati bapak, sampai
tidak mau mendengarkan penjelasanku tentang cadar, pikirku dalam hati.
Teringat dengan kisah-kisah beberapa akhwat yang juga sempat mengalami kejadian yang sama.
Hari pertama sejak peristiwa malam itu kulalui dengan tangisan di
kamar. Menangis, menangis, dan terus menangis. Satu hal yang membuatku
begitu sedih ketika melihat sikap ibuku padaku, dulu ketika ada sebuah
masalah yang kuperbuat di rumah hingga membuatku menangis tersedu-sedu.
Ibu biasanya langsung datang menghiburku dan mengatakan, “sudahlah nak,
nda usah menangis lagi.” Tapi sekarang, seakan-akan beliau bukan ibuku,
sikapnya yang keras dan cuek saja melihat diriku menangis tetap tidak
mengubah pendiriannya untuk melarangku bercadar. Jangankan berbicara
padaku, bahkan hanya sekedar menyuruhku makan, beliau menyuruh adikku
datang ke kamar. Yang bisa kulakukan saat itu hanya menangis dan berdoa
pada Alloh. Namun aku yakin bahwa ujian ini akan segera berakhir, entah
sehari, sepekan, sebulan, setahun bahkan bertahun-tahun, ya pasti akan
berkahir!! Teringat dengan kisah-kisah beberapa akhwat yang juga sempat
mengalami kejadian yang sama. Ada yang menyembunyikan cadarnya hingga
dua tahun lamanya. Ada yang hampir diusir oleh orang tuanya. Ada yang
cadarnya dibakar. Dan berbagai macam ujian yang dihadapi mereka. Namun
toh akhirnya orang tua mereka mengizinkan bahkan sekarang mendukung
anaknya..
Hey, kamu baru diuji seperti ini, masa mau nyerah begitu saja. Apa ga
ingat gimana perjuangan Rosululloh dan para shahabatnya ketika
memperjuangkan islam??? Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diusir
oleh kaumnya sendiri, kaki beliau berdarah-darah karena dilempar batu.
Para shahabat, bahkan ada yang rela tidak diakui oleh ibunya sendiri.
Dan kamu ingat Sumayyah? Wanita syahidah pertama yang rela disiksa oleh
orang-orang kafir karena memeluk islam, hingga beliau menemui ajalnya.
Sekarang lihat dirimu??? Kalau cobaan ini saja bisa membuatmu menyerah
dan jauh dari Alloh. Kira-kira ketika kamu hidup pada zaman nabi, apa
kamu bisa menjadi salah seorang shahabiyah? Ataukah kamu adalah salah
seorang musuh dari islam?
Akupun tersadar setelah melakukan dialog dengan diriku sendiri,
segera aku ambil air wudhu dan sholat. Dalam sholat kubaca Surah
An-Nashr “innama’al ‘usri yusro..fainnama’al ‘usri yusro” rasanya
keyakinan akan pertolongan Alloh semakin dekat itu begitu kuat. Ya,
pertolongan itu akan datang fikirku.
Sampai hari ketiga, keadaan di rumah masih tetap sama. Ibu juga
nenekku masih memboikotku. Aku masih saja berada dalam kamar sambil
memikirkan cara untuk meminta izin kembali ke bapak. Tiba-tiba teringat
akan cerita salah seorang kakak. Ketika dia ingin mengutarakan
keinginannya memakai cadar kepada orangtuanya, “dek, dulu waktu ana
ingin bercadar, orangtua melarang. Namun karena kayakinan yang mantap
untuk menutup aurat secara sempurna, akhirnya kutempuh berbagai cara
meyakinkan bapak. Dan cara yang kupilih adalah mengirimkan surat ke
beliau dengan kalimat yang syahdu, “wahai ayahku. Kutulis surat ini,
bla..bla..bla. (Afwan, lupa isi suratnya.)”
Hemmm. Tiba-tiba cara yang ditempuh sang kakak tadi, terlintas di
dalam pikiranku. Tapi bukan melalui surat, hanya sms yang bisa
kukirimkan kepada bapakku untuk menjelaskan kenapa aku ingin bercadar.
“Assalamu’alaikum, pak kabarnya gimna? Semoga bapak baik-baik saja.
Maaf sebelumnya jika saya lancang sms bapak, tapi saya sms hanya ingin
menjelaskan kenapa saya ingin bercadar. Maaf pak, bukannya saya ingin
menjadi anak yang durhaka karena tidak mematuhi perintah bapak, tapi
karena keinginan saya yang ingin mengikuti perintah Alloh makanya saya
berani untuk memakai cadar. Saya begitu sedih ketika melihat ekspresi
bapak yang begitu marah ketika mengetahui bahwa saya ingin bercadar,
seakan-akan bapak sangat membenci cadar. Saya tidak ingin bapak seperti
itu, karena cadar juga merupakan bagian dari syari’at islam. Dan yang
saya pelajari bahwa istri-istri nabi pun pakai cadar, kalau bapak benci
cadar artinya bapak juga benci istri-istri Rosululloh shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bla..bla..bla…
Sms yang kukirm begitu panjang, 1 sms sampai 7 layar dan aku
mengirimkan sebanyak 3 kali sms. Jadi kalau mau dihitung. Kira-kira aku
mengirim sebanyak 21 sms ke bapak.
Beberapa saat setelah kukirimkan sms ke bapak, tiba-tiba ada sms yang
masuk ke hp-ku, tapi belum berani kubuka isinya. Sampai akhirnya hpku
berdering, ketika kulihat nama yang memanggil ternyata adalah bapakku.
Sambil deg-degan kuangkat telpon bapakku, dan siap menerima omelan dari
bapak lagi karena kelancanganku untuk meminta izin memakai cadar.
Aku : “Assalamu’alaikum.”
Bapak: “Wa’alaikumsalam, lagi dimana nak???”
Aku: “Di rumah pak. Lagi di kamar.”
Bapak: “Kamu masih nangis??”
Aku: “I..i..iya pak. (Sambil menghapus airmata.)
Bapak: “Bapak dah terima sms dari kamu. Kamu beneran mau pakai cadar???
“Aku: “I..i..iyya pak..”
Bapak: “Ya udah…kalau mau pakai cadar, pakai cadar saja. Asal hati harus lembut ya nak…
“Aku: “Hah??” (Dalam keadaan yang masih belum percaya, tiba2 sikap bapak berubah 180 derajat.) Beneran pak??”
Bapak: “Iya nak… mana mamamu? Bapak mau bicara.”
Akhirnya bapak bicara ke ibu, dan dari percakapannya ibu mengatakan
kalau bapak mengizinkan aku pakai cadar. Ibu dilarang untuk melarangku
bercadar. Masih belum percaya dengan keputusan bapak, akupun membaca sms
yang dikirimkan bapak kepadaku sesaat sebelum beliau menelponku, “ya
udah kalau kamu mau pakai cadar bapak izinkan, ingat ya, hati harus
lembut..janji ya..” Alhamdulillah, bapak benar-benar mengizinkanku.
Dan akhirnya. Bismillah. Tepat tanggal 5 Ramadhan, aku pun keluar
dari rumah pertama kali dengan menggunakan cadar yang menutupi wajahku.
Tak henti-hentinya aku mengucapkan syukur di atas angkot dan airmata
terus saja mengalir karena akhirnya pertolongan Alloh datang juga
setelah 3 hari diriku harus menangis di kamar tanpa henti. Diboikot oleh
orang tua sendiri. Yaa, akhirnya akupun memakainya. Semoga pakaian ini
akan terus kukenakan hingga ajal menjemput. Amin, Allohumma amin. “yaa
muqallibal qulub tsabbit qalbi ‘ala diinik.“
***Seperti yang dikisahkan seorang akhwat***
Diposting oleh
anida's blog
di
18.12
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Hijabmu adalah Izzahmu wahai ukhtiku…!
Wahai ukhti yang mulia: Sesungguhnya wajah wanita adalah letak kecantikan mereka, wajah mengungkapkan kemolekan dan keindahannya. Dan apabila seorang wanita meninggalkan hijabnya dan melepaskan hijab dari wajahnya, orang-orang dari lawan jenisnya yang bukan mahram baginya akan dengan leluasa dapat melihat dan memandang kepadanya. Dan akibatnya dia akan diganggu atau digoda dan laki-laki akan berusaha untuk mendekatinya dan hasilnya adalah kemudharatan dan kehinaan –hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala kita mohon keselamatan-.
Wahai ukhti muslimah, tidak sadarkah engkau bahwa (berhasilnya -pentj) para penjajah sesat meruntuhkan bangunan Islam di negeri-negeri pemeluknya dan menyibak kehormatan mereka serta menebar di tengah-tengah ummatnya berbagai bentuk kenistaan dan menjajakan kebatilan dan menjauhkan mereka dari agama mereka tidak lain adalah dengan cara merusak kaum wanitanya. Sehingga akhirnya wanita-wanita muslimah mencampakkan hijabnya, menyambut seruan mereka yang hidup di bawah didikan musuh-musuh Islam, orang-orang yang terperdaya oleh mereka, lantas merealisasikan rencana busuk mereka, memerangi hijab dan menyangka bahwa hijab adalah paksaan, mencelakakan kaum wanita, mengekang dan mengurung mereka dari bersosialisasi dengan lawan jenis, dan bahwa hijab adalah sebab tersisihnya mereka dari masyarakat.
Wahai ukhti muslimah, dahulu wanita-wanita Islam mengenakan hijab dan di kala itu hijab adalah suatu ajaran yang disyariatkan pada kurun-kurun yang lampau. Dan orang-orang yang mengatakan wanita boleh menampakkan wajahnya dan kedua tangannya dengan dalil “dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka” (Qs. An-Nuur: 31) adalah pendapat yang lemah, tidak bisa dijadikan pegangan. Dan para pakar berpendapat bahwa arti “kecuali yang (biasa) nampak dari mereka” adalah pakaian luar bukan maksudnya membuka wajah dan kedua tangan.
Wahai ukhti muslimah berapa besar kerusakan yang menimpa agama wanita-wanita muslimah akibat mereka menanggalkan hijab, barapa banyak orang-orang fasik yang akhirnya berhasil memperdaya mereka dan betapa perbuatan ini telah mengakibatkan lemahnya pertahanan seorang wanita dan kepribadiannya serta hilangnya kehormatan, kemuliaan dan kesucian mereka.
Wahai ukhti muslimah, jangan kalian terperdaya dengan orang-orang yang tertipu oleh kebudayaan timur dan barat. Jangan sampai orang-orang yang dididik di negeri-negeri musuh Islam memperdaya kalian. Mereka datang membawa pola pikir barat yang serba boleh untuk diterapkan kepada wanita-wanita muslimah. Mereka menginginkan agar wanita-wanita muslimah membuka wajah-wajah mereka dan agar mereka mengenakan pakaian setengah telanjang dan agar mereka berbaur dengan laki-laki di pasar berjual-beli antara laki-laki dan wanita tanpa rasa malu dan sungkan, bersenda gurau di antara mereka tanpa batasan sama sekali. Mereka ingin agar wanita-wanita muslimah membuang fitrah mereka dan mematikan kepribadian mereka dan membumihanguskan akhlak mereka dan menjerumuskan mereka ke berbagai macam kerusakan dan kehinaan, “laknat Allah bagi mereka; bagaimana mereka sampai berpaling”. (Qs. At-Taubah: 30)
Yang kami yakini sebagai agama bahwa hijab hukumnya adalah wajib bagi kaum wanita. Dan lahiriyah ayat-ayat Al Qur’an adalah bukti akan hal ini. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu”. (Qs. Al Ahzab: 59)
Dan firman-Nya, “agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”, maksudnya adalah mengulurkannya ke wajah dan dada dengannya mereka tutupi tubuh mereka dari pandangan laki-laki. Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman, “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang hijab, cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka”. (Qs. Al Ahzab: 53)
Wahai ikhwan sekalian, sucinya hati seorang muslim adalah ketika menyaksikan wanita muslimah berhijab. Dan sucinya hati seorang muslimah adalah ketka mereka berhijab. Dan meninggalkan hijab hanya mewarisi penyakit di dalam hati laki-laki dan perempuan. Hati-hatilah kalian dari tipudaya orang-orang yang mengatakan bahwa sebagian ulama yang melarang wanita membuka wajah mereka bukan para pakar dan bukan ulama rujukan yang diperhitungkan, karena sesungguhnya mereka –semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua serta mereka- hanya ingin mencampakkan akhlak yang mulia dan adab-adab yang tinggi dan bahwasanya wanita boleh melakukan perbuatan sesuka hatinya dan mereka tidak harus berpegang dengan syari’at. Semoga Allah mengembalikan semua kepada kebenaran dan memberi kita dan mereka petunjuk-Nya kepada jalan yang lurus.
Nurun ‘Alad Darb: Selasa 11-4-1427 H.
Diposting oleh
anida's blog
di
18.01
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook