Minggu, 06 November 2011

IBUNDA PARA ULAMA part 2

KRITERIA IBU YANG BAIK DALAM ISLAM

     Al-Ustadz Sa'ad Karim dalam bukunya, Nasha'ih lil Aba Qabla 'Uquqil Abna', mengatakan bahwa seorang ibu memiliki peran penting dalam mendidik anaknya. Jika ia 'memainkan' peran tersebut dengan baik, kelak ia akan memetik buah manisnya dari sang anak berupa ketaatan, birrul walidain, dan kesuksesan. Namun jika ia menyia-nyiakan perannya, kelak ia hanya menuai kedurkahaan dan sikap kurang ajar.
     Peran paling mendasar yang dimainkan oleh seorang ibu di antaranya ialah menanamkan norma-norma luhur dan budi pekerti mulia dalam dirinya sendiri terlebih dahulu, karena orang yang tidak punya sesuatu tidak mungkin memberinya ke orang lain.
     Al-Qur'an telah menentukan karakter seorang ibu yang baik dan shalihah tadi dalam firman Allah SWT ; "Maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka." (QS. an-Nisa':34)
     Ini merupakan kriteria tambahan yang menjadi ciri wanita shalihah setelah ia menunaikan kewajibannya membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang dan mencurahkansegenap perhatiaany dalam mendidik si anak.
     Nabi SAW pernah memuji wanita Quraisy karena rasa kasih sayang mereka yang besar terhadap anak-anak. Beliau bersabda,"Sebaik-baik wanita Arab adalah wanita Quraisy, merekalah yang paling belas kasih terhadap anaknya dan paling perhatian terhadap urusan suaminya."
     Karena, seorang istri shalihah yang taat beragama lebih afdhal dari istri lainnya, serta lebih cocok untuk diajak membangun rumah tangga yang mapan, dan melahirkan keturunan yang shalihlagi berbakti pada orang tua.
     Utsman bin Affan ra. pernah berpesan kepada anak-anaknya, "wahai anak-anakku, sesungguhnya orang yang hendak menikah itu ibarat orang yang hendak menyemai benih. Maka hendaklah ia memperhatikan dimana ia akan menyemainya. Dan ingatlah bahwa (wanita yang berasal dari keturunan yang jelek jarang sekali melahirkan keturunan yang baik, maka pilih-pilihlah terlebih dahulu meskipun sejenak."

IBUNDA PARA ULAMA

IBUNDA PARA ULAMA adalah buku karangan SUFYAN BIN FUAD BASWEDAN , yang menurut ana pribadi adalah buku yang menarik karena sesuai dengan judulnya IBUNDA PARA ULAMA .. maka yang akan diceritakan didalamnya adalah biodata para ulama dan biodata 'madrasah pertama' mereka yaitu ibunda-ibunda mereka yang mendidik dengan Islami yang sesuai tuntunan ALLAH SWT. dan RASULULLAH SAW. 

TAPI.,, disini ana hanya ingin mengenalkan dibagian mana ana mulai tertarik dan menyukai buku ini.. MUKADDIMAH,, ya..... bagian mukaddimah yang membuat ana tertarik dan jatuh cinta dengan buku ini, SUBHANALLAH , hanya itu yang ana ungkapkan pertama kali setelah membacanya.

Maka itu, ana ingin membaginya kepada para pembaca, sekaligus ajang promosi ana agar kalian para pembaca juga jatuh cinta dengan buku ini.


MUKADDIMAH

Mencermati kehidupan kaum hawa memang penuh keunikan. Di satu sisi, jumlah mereka lebih banyak dari laki-laki, bahkan di beberapa negara seperti Cina, jumlah mereka sekian kali lipat dibanding laki-laki. Namun di sisi lain, kiprah mereka dalam sejarah seakan terabaikan dan terpinggirkan dari pena para sejarawan. Inilah kendala terbesar yang penulis hadapi selama penulisan buku ini. Terpaksa kami harus membuka kitab-kitab tarikh yang tebal lembar demi lembar, demi mendapatkan sepenggal cerita. Ini dikarenakan minimnya literatur yang membahas tentang peran wanita dalam 'mencetak lelaki sejati'. Padahal jika kita perhatikan, sungguh besar peran yang mereka mainkan 'di balik layar' dalam mengantarkan 'si kecil' menjadi alim besar, atau mujahid sejati.

PERAN IBU DALAM MENDIDIK ANAK

     Di balik pria yang agung, ada wanita agung di belakangnya. Demikian kata orang bijak tempo dulu. Jika ada lelaki yang menjadi ulama cendekia, tokoh ternama, atau pahlawan ksatria, lihatlah ibu mereka. Karena ibu memiliki peran besar dalam mebentuk watak, karakter, dan pengetahuan seseorang. Ibu adalah ustadzah pertama, sebelum si kecilberguru kepada ustadz besar manapun. Maka kecerdasan, keuletan, dan perangai sang ibu adalah faktor dominan bagi masa depan anak. Termasuk ibu susu. Karena Rasulullah SAW. melarang para orang tua menyusukan bayi mereka pada wanita yang lemah akan karena air susu dapat mewariskan sifat-sifat ibu pada si bayi. 
     Dalam kitab ar-Raudhul Unuf disebutkan bahwa persusuan itu seperti hubungan darah (nasab), ia dapat mempengaruhi watak seseorang. Kemudian penulisnya menyitir sebuah hadits dari Aisyah ra. secara marfu',"Janganlah kalian menyusukan bayi kalian kepada wanita bodoh, karena air susu akan mewariskan sifat sang ibu."
     Salah seorang sahabat Nabi yang bernama Aktsam bin Shaifi ra. pernah berwasiat kepada kaumnya. Diantaranya is mengatakan, "Kuwasiatkan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah dan menyambung tali silaturahmi. Dengan keduanya akar (keimanan) akan selalu tegak, dan cabangnya tak akan bengkok. Hati-hatilah kalian jangan sampai menikahi wanita yang dungu, karena hidup bersamanya adalah kenistaan."
     Memang demikianlah faktanya; wanita dungu hanya akan merepotkan suaminya, sulit dididik dan sukar diatur. Anaknya pun akan terlantar dan salah asuhan.
     Pernah suatu ketika ada seorang bapak yang mengeluh kepada Amirul Mukminin Umar bin Khathab ra. mengenai anaknya yang durhaka. Orang itu mengatakan bahwa putranya selalu berkata kasar kepadanya dan sering kali memukulnya. Maka Umar pun memanggil anak itu dan memarahinya.
     "Celaka engkau! Tidakkah engkau tahu bahwa durhaka kepada orang tua adalah dosa besar yang mengundang murka Allah?" bentak Umar.
     "Tunggu dulu, wahai Amirul Mukminin. Jangan tergesa-gesa mengadiliku. Jikalau memang seorang ayah memiliki hak terhadap anaknya, bukankah si anak juga punya hak terhadap ayahnya?" tanya si anak.
     "Benar," jawab Umar. "Lantas, apakah hak anak terhadapa ayahnya tadi?" lanjut si anak.
     "Ada tiga," jawab Umar. "Pertama, hendaklah ia memilih calon ibu yang baik bagi puteranya. Kedua, hendaklah menamainya dengan nama yang baik. Ketiga, hendaklah ia mengajarinya menghafal Al-Qur'an."
     Maka si anak mengatakan, "Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, ayahku tak pernah melakukan satu pun dari tiga hal tersebut. Ia tidak memilih calon ibu yang baik bagiku;ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga du dirham, lalu malamnya is gauli sehingga hamil mengandungku! Setelah aku lahir pun ayah menamiku Ju'al(kumbang yang bergumur di kotoran hewan), dan ia tak pernah mengajariku menghafal Al-Qur'an walau seayat!'
     "Pergi sana!Kaulah yang mendurkahainya sewaktu kecil, pantas kalau ia durhaka kepadamu sekarang," bentak Umar kepada ayahnya.
     Begitulah ibu, memiliki peran begitu besar dalam menentukan masa depan si kecil. Ibu, dengan kasih sayangnya yang tulus merupakan tambatan hati bagi si kecil dalam menapaki masa depannya. Di sisinyalah si kecil mendapatkan kehangatan. Senyuman dan belaian tangan ibu akan mengobarkan semangatnya. Jari-jemari lembut yang senantiasa menengadah ke langit, teriring doa yang tulus dan deraian air mata bagibuah hati, adalah kunci kesuksesannya di hari esok. 
     Dalam Siyar-nya, adz-Dzahabi mengisahkan dari Muhammad bin Ahmad bin Fadhal al-Bakhi, ia mendengar ayahnya mengatakan bahwa kedua mata Imam al-Bukhari sempat buta semasa kanak-kanak. Namun pada suatu malam, ibunya bermimpi bahwa ia berjumpa dengan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim berkata kepadanya, "Hai ibu, sesungguhnya Allah telah berkenan mengembalikan penglihatan anakmu karena cucuran air mata dan banyaknya doa yang kau panjatkan kepada-Nya." Maka setelah kami periksa keesokan harinya, ternyata penglihatan al-Bukhari benar-benar telah kembali.

Sabtu, 27 Agustus 2011

Ketika Cinta(Kawanimut Original ArtWork by Danang Kawantoro/www.desainka...

Dance of my Life (Kawanimut Original ArtWork by Danang Kawantoro/www.des...

Maher Zain: For the Rest of My Life (Kawanimut Original Artwork by Danan...

Maher Zain Sepanjang Hidup (Kawanimut Original ArtWork by Danang Kawanto...

Magical Fairies Melody (Kawanimut Original Artwork by Danang Kawantoro).wmv

Dalam Mihrab Cinta (Kawanimut Original ArtWork by Danang Kawantoro/www.d...

Dalam Mihrab Cinta (Kawanimut Original ArtWork by Danang Kawantoro/www.d...

Maher Zain - Barakallahu Lakuma (Kawanimut Original ArtWork by Danang Ka...

Miracle of Melody(Kawanimut Original ArtWork by Danang Kawantoro/www.des...

Jumat, 26 Agustus 2011

Kezaliman manusia

Bukan Fantasi, Tapi Realiti Umat Islam Zaman Sekarang

Kamis, 25 Agustus 2011

BILA CINTA BERPUTIK,, ADAKAH DIA JODOHKU??


"Tiada terfikir,
Terlintas Engkau akan tiba,
Membawa perangsang.
Tiada terfikir, Terlintas,
Engkaukan membuka,
Sempadan perasaan.
Bunga kembang bertali hati, Bunga kembang di puncak akli"
Begitu indah cinta, membawa perasaan yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Akan tetapi diluah melalui boneka jasad serta lirikan mata, lidah kelu diam seketika, jantung berdegup pantas tidak mencemaskan tetapi indah.
Remaja pada awalan usia mereka merasakan diri mereka ingin dicintai dan ingin mencintai. Akhirnya mencari cinta. Cinta pada usia muda yang sering digelar cinta monyet.
Tidak kurang pula ketika mereka melangkah ke menara gading. Mitos memaksa mereka mencari pasangan sebelum mendaki anak tangga pentas konvokesyen, kononnya, menara gading tempat mencari pasangan hidup yang akan hidup bersama mereka selepas graduasi.
Akan tetapi, alangkah sedihnya cinta yang berputik dan berbunga-bunga akhirnya tewas, melebur membentuk luka yang pedih dan sakit. Sesak nafasnya!
Lebih teruk kesannya jika apabila mereka sedar (meskipun tidak mengakui atau tidak menunjuk) bahawa perjalanan kisah cinta mereka telah pun melangkaui batasan agama, bersentuhan, berkucupan, berkhalwat dan terlanjur. Malu dan kesal serta sedih kerana diri telah menjadi tidak suci dan kotor, akan tetapi orang yang bersama-sama untuk berkongsi kotor dan jijik tidak lagi bersama. Risau pula jika perbuatan mereka dikhabarkan.
Yang nyata dan pasti, kamu tidak terlepas dari pandangan Allah dan Allah mengetahui perbuatan kemungkaran kamu. Taubatlah!
Jika kamu merasakan dia jodohmu, adakah dia mengajak kamu kepada kebaikan lebih banyak daripada membawa kamu kepada kemungkaran?
Oleh sebab itu, saya ingin mengajak para adik-adik untuk berfikir sejenak apakah niat kita bercinta dan di mana kita mahukan ia berakhir? Terutamanya adik-adik yang bakal bergelar graduan.
Ketika cinta kamu berputik pada si dia dan kamu sendiri mengakui di dalam hati kamu bahawa kamu ada rasa sayang pada dia, dan hati kamu punya rasa cinta padanya, renung seketika, di mana kamu ingin meletakkan cinta Allah yang jauh lebih hebat dari dia.
Jika cinta Allah lebih kamu sayang, letaklah cinta Allah sebagai batasan pergaulan kamu.
Apabila kisah cinta mula melorot dari satu episod ke satu episod yang lain. Renung kembali apa salahnya kamu pada Allah dan apa ajarannya telah kamu ikuti?
Pada ketika itu, fikirlah adakah pernikahan yang kamu cari atau hanya suka-suka? Jika suka-suka, tiada cinta yang berharga dari kamu dan untuk kamu. Jika pernikahan yang kamu cari, maka tidak usahlah buang masa lagi. Dekatilah pernikahan kerana kamu perlu mencari keredhaan Allah.
Bersama keredhaan Allah, langkah-langkah kamu menghampiri pernikahan sangat mudah jadinya. Kadang-kala di luar jangkaan kamu. Namun, jika dugaan yang datang, tabahkan hati tetapkan niat kamu untuk mencapai keimanan yang lebih baik melalui pernikahan.
Kerapkan menunaikan solat sunat tahajjud dan istiqarah. Mohonlah ditunjukan jalan dan memastikan dialah jodoh kamu. Jika tidak diilhamkan bahawa dia adalah jodoh kamu, terima qada Allah, teruskan kehidupan dan persahabatan, serta carilah pasangan yang bakal menjawab istiqarah sebagai jodoh kamu.
Jauhi dari hati yang makin berbunga dan berputik cinta walhal kita sebenarnya jauh dari jodoh. Itu hanya melukakan hati yang sangat lembut ini.
Cinta sesama manusia tentu tidak setanding dengan cinta dari Allah S.W.T, tetapi, kerana cintakan Allah, kita mencintai manusia juga.
Cinta berputik biar bertapis. Agar diberkati dan diredhai Allah S.W.T.

Managemen cinta (bagian 1)

dakwatuna.com – Fenomena keterhanyutan dan kelarutan generasi muda ke dalam jebakan kampanye cinta palsu yang menyesatkan dalam bungkus life’s style bergaya Valentine’s Day beberapa tahun belakangan ini lebih merefleksikan gejala umum degub jiwa kepenasaranan, kehausan dan sekaligus kebingungan akan makna cinta dari kalangan generasi muda di samping ekspresi dari absurditas dan ketidakarifan memahami makna cinta dari kalangan industri momentum kasih sayang dan cinta. Budaya ber-valentine’s-ria di kalangan remaja memang fenomenanya telah menjadi gejala yang memprihatinkan seperti pengalaman saya pada suatu kali di pusat perbelanjaan bersama istri berbelanja tiba-tiba terhenyak dengan ucapan spontan mereka ketika bertemu sesamanya dengan ucapan ‘happy valentine’. Kaget karena menjadi tradisi yang tidak pantas dalam tradisi ketimuran apalagi keislaman.
Cinta sebagaimana fitrahnya merupakan anugerah dan cinta juga musibah. Cinta menjadi kenikmatan bila karena Allah dan dijalan-Nya (Al-Hubb Fillah wa Lillah). Cinta islami demikian tidaklah mengenal batas ruang dan waktu serta melampaui batas fisik materi. Cinta yang fitri kata orang bijak adalah buah yang tak mengenal musim dan dapat dipetik oleh siapa pun. Cinta yang demikian tak jadi masalah kepada siapa dan seberapa besar asalkan karena Allah dan dijalan-Nya. Inilah rumus cinta suci segitiga dalam Islam; cinta proporsional (equilibrium love) antara cinta kepada Allah yang tidak menelantarkan cinta kepada makhluk, dan cinta kepada makhluk yang tidak melalaikan bahkan senantiasa dalam cinta kepada Allah Sang Khalik.
Perasaan cinta pada dasarnya sebuah kenikmatan. Betapa indahnya hidup yang dipenuhi cinta sejati dan betapa sengsaranya hidup yang dipenuhi kebencian. Orang yang dipenuhi semangat cinta yang suci mulia akan selalu merasa bahagia sebelum orang lain bahagia sehingga mendorongnya untuk memiliki sikap tenang, damai, puas dan ridha. Bahkan cinta merupakan energi dahsyat kehidupan yang mengilhami Lao Tzu, filsuf Cina yang hidup sekitar abad ke-6 SM untuk merangkai kata mutiara bahwa dicintai secara mendalam oleh seseorang akan memberimu kekuatan, dan mencintai seseorang secara mendalam akan memberimu keberanian. Demikian Plato filsuf Yunani kuno juga berkesimpulan bahwa cinta adalah sumber keindahan sehingga dengan sentuhan cinta setiap orang dapat menjadi pujangga.
Perasaan cinta yang dialami setiap jiwa manusia memang sebuah misteri sebagaimana fenomena ruh (jiwa). Nabi saw. bersabda: “Ruh itu laksana pasukan yang dikerahkan, maka seberapa jauh mereka saling mengenal maka sejauh itu pula mereka saling menyatu, dan seberapa jauh mereka tidak saling mengenal maka sejauh itu pula mereka akan berselisih.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud). Menyatunya jiwa sesama mukmin dalam cinta begitu kuat dan tetap hidup seperti satu tubuh sebagaimana diumpamakan Nabi saw. dalam hadits riwayat Imam Muslim. Begitu kuatnya pengaruh cinta sehingga kadang dapat menghilangkan kontrol emosi dan keseimbangan rasio sehingga tidak mampu bersikap objektif.
Mabuk asmara sebagaimana dikatakan filosof Plato merupakan cinta buta yang bergelora dalam jiwa yang kosong. Aristoteles juga berujar: “Cinta buta adalah cinta yang buta untuk melihat kesalahan orang yang dicintai. Cinta buta adalah kebodohan yang membalikkan hati yang hampa, sehingga ia tidak lagi mau memikirkan yang lain.” Oleh karena itu perlu manajemen cinta untuk menghindarkan ekses negatif dan efek kegilaan cinta yang menjurus kepada cinta buta yang sangat berbahaya sebagaimana dilukiskan penyair Qais: “Kau gila karena orang yang kau cinta. Memang cinta buta itu lebih parah dari gila. Orang tidak bisa sadar karena cinta buta, sedang orang gila bisa terkapar tak berdaya”. Bahkan yang lebih parah lagi bila cinta menghanyutkan seseorang sehingga melupakannya dari prioritas cinta lainnya seperti melupakan ataupun menduakan cinta kepada Allah yang dapat berakibat syirik.
Cinta memang persoalan hati (qalbu) dan hati seperti namanya adalah bersifat labil (yataqallabu) sehingga yang diperlukan adalah upaya maksimal lahir batin dalam pengendaliannya secara adil untuk setiap yang berhak atasnya. Nabi saw memaklumi fenomena batin ini dalam pengakuannya:
“Ya Allah, inilah usahaku sebatas kuasaku, maka janganlah Engkau cela diriku tentang apa yang Engkau kuasai dan aku tidak kuasai (hati).” (HR. Abu Dawud).
Melalui proses manajemen dan pengendalian cinta, seseorang dapat menjadikan perasaan cinta sebagai motivasi kontrol dalam kerangka kebajikan dan kemuliaan. Inilah esensi pesan Risalah Islam mengenai Alhubb wal Bughdhu fillah (Cinta dan benci karena Allah) sehingga kita tidak akan termakan oleh doktrin sinetron yang menyesatkan seperti sinetron “Kalau cinta jangan marah”. Hal itu karena kemarahan dalam perspektif manajemen cinta merupakan kelaziman cinta sejati yang diekspresikan dalam bentuk yang arif bijaksana tanpa keluar jalur syariat sebagaimana kemarahan Nabi saw diungkapkan dalam bentuk ekspresi perubahan mimik muka, diam, atau isyarat lainnya sebagai peringatan yang selanjutnya diberikan penjelasan dan dialog dari hati ke hati. Karenanya, beliau tidak menyukai lelaki yang suka memukul wanita bila marah apalagi sampai menampar wajah. Sebaliknya beliau juga tidak menyukai wanita yang meninggalkan atau mengkhianati suaminya bila sedang marah.
Manajemen cinta akan menumbuhkan sikap adil dalam cinta yang membawa hidup sehat dan seimbang (tawazun) dan bukan menjadi sumber penyakit sebagaimana Ibnul Qayyim sampaikan bahwa cinta bagi ruh sama dengan fungsi makanan bagi tubuh. Jika engkau meninggalkannya tentu akan membahayakan dirimu dan jika engkau terlalu banyak menyantapnya serta tidak seimbang tentu akan membinasakanmu. Kelezatan hidup inilah yang dilukiskan dalam hadits tentang kelezatan iman:
“Ada tiga perkara yang siapa pun memilikinya niscaya akan merasakan kelezatan iman; barang siapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari lainnya, barang siapa yang mencintai seseorang hanya karena Allah, dan siapa yang benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Proses menuju cinta suci yang diberkati Allah tidaklah mudah sehingga memerlukan upaya manajemen diri termasuk pengendalian ego dan penumbuhan rasa empati serta solidaritas sebagai persyaratan iman. Sabda Nabi saw:
“Tidaklah beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya (seiman) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” Bahkan cinta sesama mukmin merupakan syarat masuk surga “Tidaklah kalian akan masuk surga sampai kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sehingga kalian saling mencintai.” (HR. Muslim)
Cinta yang dikehendaki Islam adalah cinta sejati dan arif bukan cinta buta yang bodoh. Manajemen cinta mengajarkan agar perasaan cinta kepada seseorang tidak menghalangi kita untuk tetap melakukan segala hal yang semestinya kita kerjakan. Sehingga kita tidak akan melakukan ataupun meninggalkan segala hal demi rasa cinta ataupun mendapatkan cinta dari orang yang kita cintai meskipun hal itu bertentangan dengan kemaslahatan (kebaikan) dirinya, membahayakan orang lain dan menimbulkan kerusakan di muka bumi atau memancing kemarahan Allah. Karena sikap demikian merupakan cinta buta yang bodoh. Sebagai contoh seorang ibu yang begitu memanjakan anaknya karena cintanya yang mendalam sampai melupakan pendidikan dan pengajarannya yang pada gilirannya justru akan menjadi bumerang bagi orang tuanya karena menjadi anak durhaka.
Adapun cinta yang arif sejati adalah sebagaimana cinta Allah kepada hamba-Nya dan cinta Rasulullah kepada umatnya sehingga yang diinginkan Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah kebaikan, kesempurnaan dan kemuliaan dengan membenci segala kemungkaran dan kejahatan. (QS. Fathir: 35, Al-Kahfi: 18).
Seorang muslim tidak mengenal cinta monyet, cinta buta, cinta dusta, cinta palsu dan cinta bodoh. Ia hanya mengenal cinta suci mulia yang penuh kearifan dan kesadaran yang melahirkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan meletakkan cinta tersebut di atas segala-galanya sebagai tolok ukur cinta lainnya. Suatu ketika seorang Arab badui menghadap Nabi saw dan menanyakan perihal datangnya kiamat, lalu beliau balik bertanya: “Apa yang telah kau persiapkan?” Ia menjawab: “Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya” Beliau menyahut: “Engkau bersama siapa yang kau cintai” (HR. Bukhari dan Muslim)
Cinta karena Allah dan benci karena Allah akan menjadi filter, kontrol sekaligus tolok ukur dalam mencintai segala hal. Dengan demikian cinta yang tulus karena Allah Dzat Maha Abadi inilah yang akan bertahan abadi sementara cinta yang dilandasi motif lainnya justru yang akan cepat berubah, bersifat temporer dan akan membuahkan penyesalan. (QS. Az-Zukhruf: 43, Al-Furqan: 25)
– Bersambung

Selasa, 23 Agustus 2011

WAHAI MUSLIMAH .............................

Wahai insan yang paling berbahagia dengan agama dan akhlaknya.............

Tanpa mutiara, perhiasan dan emas engkau bahagia.............

Karena tasbihmu bagai kabar gembira, rintik hujan, sinar fajar, cahaya mentari dan awan yang tiada henti mengalir.............

Dalam sujud, doa dan perenungan terhadap cahaya kitab-Nya, yang menyeruak dari celah-celah sebuah gua,, lalu oleh Rasul Rabb-mu dipancarkan kepada segenap bangsa Arab dan Romawi...........

Engkau adalah yang paling bahagia di dunia dan akhirat..........

Dengan kesucian hatimu yang dibangun dengan TAQARRUB ILALLAH................

Minggu, 31 Juli 2011

SETETES AIR MATA CINTA

Bukalah kedua matamu pada alam semesta ini,, maka kamu akan melihat indahnya keindahan...

Bukalah hatimu untuk melihat rahasia-rahasia keindahan ini,, maka kamu akan melihat kehidupan ini berbunga-bunga...

Selamilah kehidupan dalam sanubarimu,, maka kehidupan tersebut akan menjadi milikmu seluruhnya...

Satukan hatimu padaku (NABI MUHAMMAD SAW),, maka aku akan menyatukan akalku padamu...

Berikan tanganmu kepadaku,, maka sungguh aku berharap dapat memberimu kehidupan yang damai lagi bahagia dengan seizin ALLAH SWT


Bukalah hatimu,, aku akan memenuhinya dengan kehangatan, cinta dan kejujuran...


Bersamalah denganku supaya aku menjadi milikmu dan sebagaimana yang kamu cintai....

Sabtu, 09 Juli 2011

GAZWUL FIKRI

Ghazwul Fikri

Ghazwul fikri berasal dari kata ghazw dan al-fikr, yang secara harfiah dapat diartikan "Perang Pemikiran". Yang dimaksud ialah upaya-upaya gencar pihak musuh-musuh Allah subhanahu wata’ala untuk meracuni pikiran umat Islam agar umat Islam jauh dari Islam, lalu akhirnya membenci Islam, dan pada tingkat akhir Islam diharapkan habis sampai ke akar-akarnya. Upaya ini telah berlangsung sejak lama dan terus berlanjut hingga kini.

Ghazwul fikri dimulai ketika kaum salib dikalahkan dalam sembilan kali peperangan besar. Kemenangan kaum muslimin tersebut sangat spektakuler, sebab pasukan muslim yang diterjunkan dalam pertempuran berjumlah sedikit. Pasukan Khalid bin Walid, misalnya pernah berperang dengan jumlah tentara sekitar 3000 personil, sedangkan pasukan Romawi yang dihadapi berjumlah 100.000 personil, hampir 1 berbanding 35. Allah memenangkan kaum muslimin dalam pertempuran tersebut. Kekalahan demi kekalahan itu akhirnya menyebabkan kaum salib menciptakan taktik baru. Di bawah pimpinan Raja Louis XI, taktik baru tersebut dilancarkan. Caranya bukan lagi berupa penyerangan fisik, tetapi musuh-musuh Allah itu mengirimkan putera-putera terbaik mereka ke kota Makkah untuk mempelajari Islam. Niat atau motivasi mereka tentu bukan untuk mengamalkan, melainkan untuk menghancurkannya. Pembelajaran dengan niat jahat itu ternyata berhasil. Tafsir dikuasai, hadist dimengerti, khazanah ilmu Islam digali. Setelah sampai ke tahap dan tingkat ahli, para pembelajar Islam dari kaum Salib ini kembali ke Eropa, lalu membentuk semacam Research and Development (Penelitian dan Pengembangan) untuk mengetahui kelemahan umat Islam agar dapat mereka kuasai.

Kesungguhan mereka dalam mempelajari Islam tersebut memang luar biasa. Sampai dalam sejarah diungkapkan kisah seorang pembelajar Islam dari kaum salib yang rela meninggalkan anak istrinya hanya untuk berkeliling ke negeri-negeri Islam guna mencari kelemahan negeri-negeri Islam itu. Di antara pernyataan mereka ialah, "Percuma kita berperang melawan umat Islam selama mereka berpegang teguh pada agama mereka. Jika komitmen mereka terhadap agama mereka kuat, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Oleh karena itu, tugas kita sebetulnya adalah menjauhkan umat Islam dari agama mereka, barulah kita mudah mengalahkan mereka.” Gleed Stones, mantan perdana menteri Inggris, juga mengatakan hal yang sama, "Percuma memerangi umat Islam, kita tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam al-Qur'an masih bergelora. Tugas kita kini adalah mencabut al-Qur'an hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka.”

Dalam konteks ini, al-Qur'an mengatakan, artinya, "Sesungguhnya setan bagi kamu merupakan musuh, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. Sesungguhnya setan itu mengajak hizb (golongan) nya agar mereka menjadi penghuni neraka." (QS.Faathir : 6).

Setan yang merupakan musuh umat Islam itu, menurut ayat 112 surat al-An'aam bukan hanya dari kalangan jin dan Iblis saja, tetapi juga dari kalangan manusia. Setan-setan manusia itu dahulu menghina dan memojokkan serta melecehkan Islam melalui lisan mereka dengan cara sederhana tanpa dukungan hasil teknologi canggih. Tetapi kini, penghinaan dan pemojokan serta pelecehan itu dilakukan dengan pers yang mempergunakan sarana modern yang super canggih. Di sisi lain, musuh-musuh Islam berupa setan manusia itu hebat dan licik. Struktur-struktur dan lembaga-lembaga Internasional, baik politik, mau pun ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, militer dan bidang-bidang penting lainnya hampir seluruhnya berada dalam genggaman mereka. Makanya perputaran roda organisasi dan lembaga-lembaga dunia itu sepenuhnya dapat mereka kendalikan secara sangat sistematis dan akurat tanpa disadari oleh mayoritas umat Islam, yang sebagiannya masih sangat lugu dan belum tersentuh oleh da'wah. Dalam bidang komunikasi, khususnya pers, misalnya, hampir seluruh sumber berita berada dalam 'tangan' mereka, baik yang berskala internasional maupun nasional.

Maka tak dapat dibantah bahwa media massa yang didominasi atau dikuasai oleh kalangan yang anti Islam, yang melihat Islam sebagai ancaman bagi kepentingan politik dan ekonomi mereka, missi yang mereka emban tentu merugikan dan memojok kan Islam. Misalnya berupaya agar masyarakat dunia (terutama kalangan elitnya) membenci Islam dan menjauhinya, serta menanamkan keraguan dalam dada kaum muslimin akan kebenaran dan urgensi Islam di dalam hidup.

Keadaan ini diperburuk lagi oleh kenyataan bahwa di kalangan umat Islam, penguasaan terhadap ilmu komunikasi dan jurnalistik hingga saat ini masih jauh dari memadai. 'Ulama dan orang-orang yang betul betul faham akan Islam secara benar dan kaffah, pada umumnya jarang yang menjadi jurnalis atau penulis. Apa lagi menerbitkan koran atau majalah yang benar-benar membawa misi dakwah dan perjuangan Islam. Sebaliknya wartawan dan penulis yang beragama Islam, termasuk yang berkaliber internasional yang mempunyai semangat sekali pun, banyak yang belum atau tidak memahami Islam secara benar dan kaaffah (totalitas). Artinya, upaya umat Islam meng-counter serangan musuh-musuh Allah itu nyaris tak ada.

Di sisi lain, pers yang diterbitkan orang Islam banyak yang tidak memperjuangkan dan membela Islam, bahkan terkadang menurunkan berita yang memojokkan Islam. Sebab masih tergantung kepada kantor-kantor berita barat/kafir, yang memang selalu memburu berita yang sifatnya merugikan Islam. Padahal berita dari mereka menurut cara yang islami, harus terlebih dahulu ditabayyun (diseleksi), kalau tidak, bisa berbahaya bagi umat Islam. Namun untuk melakukan tabayyun, diperlukan pemahaman Islam yang benar dan universal serta penguasaan jurnalistik yang akurat dengan peralatan canggih. Sementara terhadap kedua hal itu para penulis Muslim belum betul-betul menguasainya secara baik. Ini salah satu di antara kelemahan-kelemahan dan keterbelakangan kita, umat Islam.

Al-Qur'an memberitahukan bahwa Nabi Sulaiman ’alaihis salam pernah menda'wahi ratu negeri Saba' melalui tulisan (berupa sepucuk surat khusus), yang akhirnya ternyata berhasil gemilang dengan masuk Islamnya sang ratu. Kalau korespondensi da'wah sederhana antara Nabi Sulaiman 'alaihis salam dengan ratu Saba' ini boleh dikatakan termasuk bagian dari pers secara sederhana, maka pers dalam arti yang sempit berarti telah eksis pada zaman Nabi-nabi dahulu. Bukan hanya Nabi Sulaiman ’alaihis salam, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam pun dalam menda'wahkan Islam kepada raja-raja dan para penguasa suatu negeri pada zamannya, di antaranya mempergunakan tulisan berupa surat yang sederhana, tanpa dukungan hasil teknologi canggih seperti yang dikenal dunia pers kini.


Dalam dunia modern kini, pers ternyata menempati posisi sangat penting, antara lain, dapat membentuk opini umat. Bahkan sering dikatakan bahwa siapa menguasai pers, berarti dapat menguasai dunia. Kalau yang menguasai pers itu orang mukmin, yang benar-benar faham akan dakwah dan memang merupakan Da'i (dalam arti luas), maka pers yang diterbitkannya tentu tidak akan menurunkan tulisan-tulisan yang merugikan Islam, memojokkan kaum Muslim atau menyakitkan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam. Tetapi kenyataan membuktikan, di dunia ini, tak sedikit pers yang menurunkan aneka bentuk tulisan yang substansi isinya bukan hanya memojokkan Islam dan menyakitkan hati kaum mu'min serta melecehkan al-Qur'an, tetapi lebih lagi dari hanya sekedar itu. Dan keadaan bisa bertambah buruk lagi, kalau para pemimpin umat Islam bukannya memihak Islam, tetapi justru memihak dan membela musuh-musuh Allah subhanahu wata’ala. Na'udzu billaah min dzaalik!

Dahulu, para penjajah menyerang kaum Muslimin dengan senjata bom, meriam dan peluru, dan serangan itu hingga kini sebetulnya masih tetap berlangsung. Hanya yang dijadikan sasaran bukan lagi jasmani, tetapi aqidah ummat Islam. Salah satu tujuannya ialah bagaimana agar fikrah (ideologi) atau 'aqidah umat Islam rusak. Tujuan paling akhir ialah bagaimana agar Islam dan umat Islam berhasil dihabisi riwayatnya dari bumi Allah subhanahu wata’ala ini. Serangan inilah yang disebut ghazwul fikr. Dan senjata yang dipergunakan bukan lagi bom atau peluru tetapi surat kabar, majalah, radio, televisi dan media-media massa lainnya, baik cetak mau pun elektronik, baik yang sederhana, mau pun yang super canggih. Untuk mengantisipasi atau mengimbangi serbuan ghazwul fikr (perang ideologi) itu, umat Islam antara lain harus mempunyai pers yang tangguh, yang dikelola oleh para Ulama dan jurnalis Muslim yang betul-betul faham Islam secara benar; dengan peralatan dan sarana teknologi yang memadai dan mampu menampilkan tulisan dan berita yang benar serta baik secara menarik dan bijaksana.

Tulisan-tulisan yang diturunkan atau diproduksinya tentu harus menarik dan akurat bermisi Islam, agar dapat memberikan pemahaman tentang al-Islam yang benar kepada pembacanya, dan sekaligus diharapkan dapat meredam dan mengantisipasi serbuan pers sekuler,terutama yang tak henti-hentinya menyerang Islam dengan berbagai cara.

Satu hal lagi yang tidak boleh kita dilupakan adalah, munculnya musuh-musuh Islam dari dalam tubuh ummat Islam sendiri tanpa kita sadari. Misalnya adanya 'tokoh' Islam yang diberi predikat Kiyai Haji atau profesor doktor, yang konotasinya pembela Islam, sehingga dikira umat Islam, ia memang pembela Islam, padahal sebaliknya, termasuk dalam hal ini Jaringan Islam Liberal (JIL). Sebetulnya, ini merupakan cerita lama, sebab sejak zaman Nabi-nabi dahulu, selalu ada saja manusia-manusia yang mengaku Muslim, tetapi pada hakikatnya merongrong atau merusak bahkan menghancurkan Islam dari dalam. Kadang-kadang menimbulkan perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Sebagian mereka mengaku beragama Islam, namun takut (phobi) kalau Islam berkembang dan eksis di muka bumi Allah subhanahu wata’ala yang fana ini. Kalau mereka menerbitkan buku, koran, majalah, tabloid dan sejenisnya, mereka takut menulis tentang Islam. Kalau pun toh menulis juga, isinya tentu dipoles, direkayasa sedemikian rupa, sehingga tidak mengungkapkan kenyataan yang harus diungkapkan, dan menyampai kan apa-apa yang seharusnya disampaikan. Na'udzu billaah min dzaalik! Mereka laksana musuh dalam selimut, menggunting dalam lipatan.

Jumat, 08 Juli 2011

kartun-kartun kawan imut

ini gambar-gambar dari kawan imut, saya gak tau siapa yang membuat...
hanya saja saya senang dengan editan kartun-kartun muslim yang indah-indah
Jdi saya mengambilnya dan mempostingnya di blog saya