Minggu, 27 Februari 2011

Bayi - bayi aneh di dunia

1. Bayi Terkecil di Dunia
Quote:


Tanggal 24 Oktober 2006, Amillia Taylor dilahirkan pada usia kandungan ibunya 21 minggu 6 hari. 
Tidak pernah ada bayi yang dilahirkan kurang dari usia kandungan 23 minggu bisa hidup, tapi Amilia yang hanya memiliki berat 10 ons bisa lahir sempurna, bahkan tubuhnya masih mampu untuk bernapas sendiri dan mencoba menangis. Bahkan rumah sakit sebenarnya bisa mengijinkan bayi ini dibawa pulang, hanya saja ibunya diminta tinggal beberapa hari lagi untuk bahan penelitian. Saat akan dibawa pulang beratnya sudah mencapai 18 ons (1,8 kilo).
2. Bayi 20 Kilogram
Quote:
Bayi ini lahir di Iran, saat usianya 7 bulan beratnya sudah mencapai 20 kilogram.Menurut orang tuanya bayi mereka lahir dengan berat yang normal yaitu 3,6 kilogram, tapi setelah itu mereka menyebutkan bahwa bayi mereka ini tidak pernah berhenti makan tiap jam. Dokter-dokter Iran belum menemukan jawaban atas kenehan nafsu makan bayi ini.
3. Bayi Cyclop
Quote:
Tahun 2006, bayi ini dilahirkan dengan hanya mempunyai satu mata. Staf medis yang membantunya lahir percaya bahwa kondisi bayi itu disebabkan oleh obat eksperimen anti kanker. Penyebab lainnya ditulis dalam laporan rumah sakit itu adalah bisa juga merupakan hasil dari kelainan kromosom. Bayi perempuan itu didiagnosa mengalami kelainan kromosom yang jarang, yang disebut cyclopia. Dia dilahirkan dengan satu mata di tengah kepala bagian depan, tidak memiliki hidung, dan otaknya berkumpul dalam satu belahan saja. Dengan segala kelainan ini, sungguh suatu mukjizat jika bayi perempuan ini bisa bertahan hidup. Bayi malang ini akhirnya meninggal beberapa hari kemudian.
4. Bayi Mirip Katak
Quote:

Tahun 2006, bayi aneh ini terlahir di Charikot, pusat distrik Dolakha, dan menarik perhatian begitu banyak orang yang ingin sekedar melihatnya dan menjadi saksi keanehan ini.
Bayi tak berleher dengan kepala yang hampir seluruhnya tenggelam pada bagian tubuh atasnya dan bola mata yang ukurannya sangat besar seperti mau melompat dari kelopaknya ini terlahir dari pasangan Nir Bahadur Karki dan Suntali Karki di rumah sakit Gaurishnkar di Charikot. Pasangan ini adalah penduduk Birkhot VDC, Dolakha.
Ibu dari bayi ini menginformasikan bahwa bayinya akhirnya meninggal sejam setelah kelahirannya dan diserahkan ke rumah sakit setelah kematiannya. Kabar mengenai bayi ini cepat meluas sehingga ratusan orang memadati rumah sakit itu saat bayi malang ini dibawa. Polisi setempat sampai harus mengendalikan kumpulan massa ini.
Bayi yang dilahirkan dengan berat 2 kg ini dilahirkan pada usia kandungan normal yaotu 9 bulan. Suntali, yang sebelumnya sudah mempunyai dua anak perempuan normal, tidak merasakan keanehan apapun selama kehamilannya. Nir Bahadur, ayahnya, mengatakan bahwa diapun tidak memilili firasat apapun mengenai bayinya dan tegar atas kematian bayinya. “Saya cukup bahagia bahwa tidak terjadi apa-apa atas istri saya” ujarnya.
Ada yang mengatakan bahwa bayi ini mengalami kondisi yang disebut anencephaly, suatu kelainan syaraf dengan susunan otak yang cacat. Bayi seperti ini akan meninggal beberapa hari setelah kelahirannya seperti halnya bayi cyclops. Untuk mencegahnya seorang wanita dianjurkan mengkonsumsi sayuran di awal kehamilannya.
5. Bayi dengan Tiga Lengan
Quote:
Bayi ini namanya Liu Junjie dari provinsi Anhui, China, terlahir dengan tiga lengan tahun 2006. Para dokter berhasil membuang lengan ketiganya yang sangat jarang dan berbentuk cukup sempurna. tetapi bayi malang ini membutuhkan terapi fisik yang lama untuk memfungsikan dua lengan sisanya yang tidak memiliki telapak dan susah digerakkan. “Kami berharap berbagi informasi dengan dokter-dokter yang pernah menemukan kasus ini dari seluruh dunia” ujar Chen, kepala departemen ortopedik di Shanghai Children’s Medical Center. “Hal ini sangat jarang terjadi dan kami tidak banyak memiliki informasi untuk bertindak.”
7. Bayi Terlahir dengan Berat 7,75 kg
Quote:
Seorang wanita Siberia tahun 2007 melahirkan bayinya dan terkaget-kaget mengetahui anaknya yang ke-12 itu memiliki berat 7,75 kg. “Kami sekeluarga shock” ujar ibu dari Nadia, nama bayi itu. “Selama kehamilan, saya makan apa saja. Kami tidak punya uang untuk membeli makanan-makanan khusus, jadi aku hanya makan kentang, mie, dan tomat.” tambahnya sambil mengungkapkan bahwa bayi seblumnya juga dilahirkannya dengan berat lebih dari 5 kg.

Sepeda Motor pertama di Dunia


Sepeda motor pertama di dunia, dirancang dan dibangun oleh 2 orang inventor (penemu) dari Jerman bernama Gottlieb Daimler dan Wilhelm Maybach di kota Bad Cannstatt (Stuttgart), Jerman, pada tahun 1885. Sepeda motor ini juga merupakan kendaran pertama di dunia memakai bahan bakar minyak bumi. Mereka menyebut kendaraan penemuannya ini dengan nama “Reitwagen” (mobil tunggangan), walaupun sebenarnya kendaraan itu adalah sepeda bermotor.  (Sumber Wikipedia).
-

Senin, 21 Februari 2011

Managemen cinta (bagian2)

dakwatuna.com – Cinta karena Allah dan benci karena Allah akan menjadi filter, kontrol sekaligus tolok ukur dalam mencintai segala hal. Dengan demikian cinta yang tulus karena Allah Dzat Maha Abadi inilah yang akan bertahan abadi sementara cinta yang dilandasi motif lainnya justru yang akan cepat berubah, bersifat temporer dan akan membuahkan penyesalan. (QS. Az-Zukhruf: 43, Al-Furqan: 25)
Manajemen cinta mendidik sikap selektif dalam menambatkan dan melabuhkan cinta serta memilih orang-orang yang masuk dalam kehidupan dirinya. Nabi berpesan: “Seseorang akan mengikuti pola hidup orang dekatnya maka hendaklah kalian mencermati siapa yang ia pergauli.” (HR. Ahmad, At-Turmudzzi dan Baihaqi).
Sabdanya pula: “Janganlah engkau berakraban kecuali kepada seorang mukmin dan janganlah menyantap makananmu kecuali orang yang taqwa.” (HR. At-Turmudzi dan Abu Dawud).
Di antara konsekuensi sikap selektif dalam cinta ini adalah sikap arif dalam memilih pasangan hidup. Nabi saw. bersabda: “Seorang wanita dinikahi karena empat hal; hartanya, status sosialnya, kecantikannya dan agamanya, maka pilihlah yang kuat agamanya niscaya kamu diberkati” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sabdanya yang lain: “Jika seseorang yang engkau puas dengan kondisi agama dan akhlaqnya melamar kepadamu maka nikahkanlah ia. Sebab jika tidak kau lakukan maka akan timbul fitnah di muka bumi dan kerusakan yang dahsyat.” (HR. At-Turmudzi)
Demikian pula larangan tegas al-Qur’an untuk mengambil pasangan hidup dari yang berlainan aqidah karena ikatan Allah adalah yang paling kuat sementara lainnya adalah rapuh. (QS. Al-Baqarah: 32)
Tatkala pilihan cinta kita sudah tepat maka masih diperlukan pemeliharaan secara proporsional, karena cinta adalah buah iman dan iman seseorang selalu mengalami fluktuasi dan dinamika seiring dengan baik buruknya perlakuan dan sikap hidup. Kalau cinta diibaratkan tanaman maka ia memerlukan siraman, pemupukan, perawatan dan penjagaan secara kontinyu. Cinta yang sudah tepat labuhnya sekalipun (sefikrah dan sekufu misalnya) dapat redup ataupun mati bila tidak dipelihara. Dalam pengalaman keseharian seseorang sering mengalami problem cinta dengan pasangan hidupnya dari merasa tidak dicintai lagi, sudah hambar atau merasa sudah memberikan segalanya namun tidak ada timbal balik cinta yang pantas dan sebagainya.
John Gray, PhD dalam “Men, Women and Relationships” memberikan resep manjur agar pasangan merasa dicintai adalah dengan cara berfikir berlawanan pola dengan apa yang paling ia inginkan sendiri. Artinya harus berani mengenyampingkan perspektif dan keinginan serta ego diri sendiri namun sebaliknya mengedepankan apa yang diinginkan pasangan menurut perspektifnya yang tentunya dalam Islam tanpa melanggar kaidah syariat.
Sementara menurut prinsip membangun rekening emosinya Stephen R. Covey dalam “The 7 Habits of Highly Effective Families” Cinta diibaratkan rekening bank emosi yang tentunya memerlukan saldo minimum agar tidak ditutup yang berarti permusuhan, perceraian, perpisahan dan perpecahan. Dengan demikian manajemen cinta dalam hal ini mengajarkan prinsip melakukan penyetoran lebih didahulukan daripada penarikan dan tidak peduli apapun situasinya, karena selalu ada hal-hal yang dapat kita lakukan yang akan membuat hubungan cinta menjadi lebih baik. Bukankah Nabi saw juga berpesan: “Janganlah engkau remehkan suatu kebaikan pun meskipun hanya memberikan senyuman kepada saudaramu.” Sikap mengesalkan dan menyebalkan bagi orang-orang sekeliling kita janganlah dipelihara dan dibiasakan sebab itu berarti penarikan beruntun rekening emosi yang dengan semakin menipisnya emosi simpati sebagai salah satu modal saling mencintai akan berakibat fatal. Namun sayang hal ini justru sering diremehkan.
Sebaliknya kita perlu banyak dan sesering mungkin menaburkan rabuk tanaman cinta dan mengisi bank emosi cinta di antaranya dengan beberapa hal-hal positif berikut sebagaimana dikemukakan oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauzziyah dalam “Raudhah Al-Muhibbin” sebagai bukti cinta kepada siapa pun yang kita cintai:
1. Sesering mungkin kontak mata yang penuh keteduhan dan kedamaian sebagai magnet cinta antar orang-orang yang kita kasihi.
2. Melakukan seni mengingat kekasih, menghargai dan menyebutnya sesuai kesukaannya secara baik.
3. Mengikuti keinginan orang yang kita kasihi tanpa melanggar kaidah syariat
4. Bersabar menghadapi sikap dan perlakuan orang yang dicintai.
5. Menunjukkan perhatian dan bersedia menyimak curahan hati kekasih.
6. Berusaha mencintai dan menyenangi apapun yang dicintai dan disenangi kekasih
7. Merasakan ringan resiko perjalanan menuju dan bersama kekasih tanpa keluh kesah
8. memberikan kepedulian dan kecemburuan yang wajar dan proporsional kepada kekasih
9. Rela berkorban demi kekasih dan menjadikan pengorbanannya sebagai pemikat hati
10. Membenci dan memusuhi apa yang tidak disukai kekasih sebagai bentuk konsekuensi wala’ dan bara’ dalam cinta.
Skala prioritas cinta adalah hal yang niscaya dan semestinya diimplementasikan dalam manajemen cinta agar tidak bertabrakan dan memberantakkan hubungan, karena dalam hidup banyak hal yang harus dan secara fitrah kita cintai (QS. Ali Imran: 14). Hal itu tentunya akan berjalan baik dengan saling memberikan pengertian secara bersama dan arif bijaksana sehingga tidak terjadi salah paham dan kecemburuan yang tidak pada tempatnya. Sebagai ilustrasi ada baiknya kita sebutkan model prioritas cinta yang pertama adalah cinta Allah dan Rasul-Nya yang berarti cinta Islam, aqidah, syariat dan jihad fi sabilillah di atas segala-galanya. Kemudian cinta kepada orang tua bagi anak lelaki dan bagi wanita yang belum menikah adapun wanita yang sudah menikah kepada suami baru kepada orang tua. Lalu kepada istri dan anak bagi lelaki dan seterusnya yang lebih bersifat materi, fasilitas fisik dan civil efek serta pengakuan ataupun aktualisasi diri dalam konteks hubungan sosial.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Allah memberikan rahmat dengan membukakan pintu goa yang tertutup bagi seorang suami yang biasa menyimpan susu untuk diminumkan kepada orang tuanya sebelum anak dan istrinya dan rela menahan diri dan keluarganya untuk meminumnya sebelum orang tuanya. Sebaliknya Allah mengampuni dosa orang tua yang meninggal dunia karena ketaatan istri kepada suami untuk tidak keluar rumah selama kepergiannya tanpa seizinnya sampai akhirnya orang tuanya meninggal dunia dan ia tidak sempat menjenguk. Dengan keikhlasan masing-masing pihak untuk menerima jatah cinta dan kasih sayang untuknya sebagaimana mestinya yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan akan membawa keberkatan cinta itu sendiri.
Hal lain yang tidak boleh dilupakan dalam manajemen cinta yang terkait dengan skala prioritas perhatian adalah situasi, kondisi dan peran yang diamanahkan Allah dalam hidupnya dapat menjadi pertimbangan sendiri. Sebagai contoh seseorang yang seharusnya pergi berjihad namun memiliki orang tua yang tidak ada yang merawatnya kecuali dirinya atau seorang ibu yang harus merawat anaknya dan tidak ada orang lain yang menggantikannya maka Rasulullah saw justru mewajibkan padanya untuk merawat keluarganya dan melarangnya untuk ikut berjihad. Namun sebaliknya jika potensi dan perannya dibutuhkan dalam dakwah dan jihad sementara ada elemen pendukung lain yang menggantikan peran cintanya untuk selain jihad dan ia enggan memberikan bukti cintanya kepada Allah dan rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya maka Allah mengancamnya dengan kemurkaan-Nya. (QS. At-Taubah: 9).
Wallahu A’lam Wa Billahit Taufiq wal Hidayah

Managemen cinta (bagian1)

dakwatuna.com – Fenomena keterhanyutan dan kelarutan generasi muda ke dalam jebakan kampanye cinta palsu yang menyesatkan dalam bungkus life’s style bergaya Valentine’s Day beberapa tahun belakangan ini lebih merefleksikan gejala umum degub jiwa kepenasaranan, kehausan dan sekaligus kebingungan akan makna cinta dari kalangan generasi muda di samping ekspresi dari absurditas dan ketidakarifan memahami makna cinta dari kalangan industri momentum kasih sayang dan cinta. Budaya ber-valentine’s-ria di kalangan remaja memang fenomenanya telah menjadi gejala yang memprihatinkan seperti pengalaman saya pada suatu kali di pusat perbelanjaan bersama istri berbelanja tiba-tiba terhenyak dengan ucapan spontan mereka ketika bertemu sesamanya dengan ucapan ‘happy valentine’. Kaget karena menjadi tradisi yang tidak pantas dalam tradisi ketimuran apalagi keislaman.
Cinta sebagaimana fitrahnya merupakan anugerah dan cinta juga musibah. Cinta menjadi kenikmatan bila karena Allah dan dijalan-Nya (Al-Hubb Fillah wa Lillah). Cinta islami demikian tidaklah mengenal batas ruang dan waktu serta melampaui batas fisik materi. Cinta yang fitri kata orang bijak adalah buah yang tak mengenal musim dan dapat dipetik oleh siapa pun. Cinta yang demikian tak jadi masalah kepada siapa dan seberapa besar asalkan karena Allah dan dijalan-Nya. Inilah rumus cinta suci segitiga dalam Islam; cinta proporsional (equilibrium love) antara cinta kepada Allah yang tidak menelantarkan cinta kepada makhluk, dan cinta kepada makhluk yang tidak melalaikan bahkan senantiasa dalam cinta kepada Allah Sang Khalik.
Perasaan cinta pada dasarnya sebuah kenikmatan. Betapa indahnya hidup yang dipenuhi cinta sejati dan betapa sengsaranya hidup yang dipenuhi kebencian. Orang yang dipenuhi semangat cinta yang suci mulia akan selalu merasa bahagia sebelum orang lain bahagia sehingga mendorongnya untuk memiliki sikap tenang, damai, puas dan ridha. Bahkan cinta merupakan energi dahsyat kehidupan yang mengilhami Lao Tzu, filsuf Cina yang hidup sekitar abad ke-6 SM untuk merangkai kata mutiara bahwa dicintai secara mendalam oleh seseorang akan memberimu kekuatan, dan mencintai seseorang secara mendalam akan memberimu keberanian. Demikian Plato filsuf Yunani kuno juga berkesimpulan bahwa cinta adalah sumber keindahan sehingga dengan sentuhan cinta setiap orang dapat menjadi pujangga.
Perasaan cinta yang dialami setiap jiwa manusia memang sebuah misteri sebagaimana fenomena ruh (jiwa). Nabi saw. bersabda: “Ruh itu laksana pasukan yang dikerahkan, maka seberapa jauh mereka saling mengenal maka sejauh itu pula mereka saling menyatu, dan seberapa jauh mereka tidak saling mengenal maka sejauh itu pula mereka akan berselisih.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud). Menyatunya jiwa sesama mukmin dalam cinta begitu kuat dan tetap hidup seperti satu tubuh sebagaimana diumpamakan Nabi saw. dalam hadits riwayat Imam Muslim. Begitu kuatnya pengaruh cinta sehingga kadang dapat menghilangkan kontrol emosi dan keseimbangan rasio sehingga tidak mampu bersikap objektif.
Mabuk asmara sebagaimana dikatakan filosof Plato merupakan cinta buta yang bergelora dalam jiwa yang kosong. Aristoteles juga berujar: “Cinta buta adalah cinta yang buta untuk melihat kesalahan orang yang dicintai. Cinta buta adalah kebodohan yang membalikkan hati yang hampa, sehingga ia tidak lagi mau memikirkan yang lain.” Oleh karena itu perlu manajemen cinta untuk menghindarkan ekses negatif dan efek kegilaan cinta yang menjurus kepada cinta buta yang sangat berbahaya sebagaimana dilukiskan penyair Qais: “Kau gila karena orang yang kau cinta. Memang cinta buta itu lebih parah dari gila. Orang tidak bisa sadar karena cinta buta, sedang orang gila bisa terkapar tak berdaya”. Bahkan yang lebih parah lagi bila cinta menghanyutkan seseorang sehingga melupakannya dari prioritas cinta lainnya seperti melupakan ataupun menduakan cinta kepada Allah yang dapat berakibat syirik.
Cinta memang persoalan hati (qalbu) dan hati seperti namanya adalah bersifat labil (yataqallabu) sehingga yang diperlukan adalah upaya maksimal lahir batin dalam pengendaliannya secara adil untuk setiap yang berhak atasnya. Nabi saw memaklumi fenomena batin ini dalam pengakuannya:
“Ya Allah, inilah usahaku sebatas kuasaku, maka janganlah Engkau cela diriku tentang apa yang Engkau kuasai dan aku tidak kuasai (hati).” (HR. Abu Dawud).
Melalui proses manajemen dan pengendalian cinta, seseorang dapat menjadikan perasaan cinta sebagai motivasi kontrol dalam kerangka kebajikan dan kemuliaan. Inilah esensi pesan Risalah Islam mengenai Alhubb wal Bughdhu fillah (Cinta dan benci karena Allah) sehingga kita tidak akan termakan oleh doktrin sinetron yang menyesatkan seperti sinetron “Kalau cinta jangan marah”. Hal itu karena kemarahan dalam perspektif manajemen cinta merupakan kelaziman cinta sejati yang diekspresikan dalam bentuk yang arif bijaksana tanpa keluar jalur syariat sebagaimana kemarahan Nabi saw diungkapkan dalam bentuk ekspresi perubahan mimik muka, diam, atau isyarat lainnya sebagai peringatan yang selanjutnya diberikan penjelasan dan dialog dari hati ke hati. Karenanya, beliau tidak menyukai lelaki yang suka memukul wanita bila marah apalagi sampai menampar wajah. Sebaliknya beliau juga tidak menyukai wanita yang meninggalkan atau mengkhianati suaminya bila sedang marah.
Manajemen cinta akan menumbuhkan sikap adil dalam cinta yang membawa hidup sehat dan seimbang (tawazun) dan bukan menjadi sumber penyakit sebagaimana Ibnul Qayyim sampaikan bahwa cinta bagi ruh sama dengan fungsi makanan bagi tubuh. Jika engkau meninggalkannya tentu akan membahayakan dirimu dan jika engkau terlalu banyak menyantapnya serta tidak seimbang tentu akan membinasakanmu. Kelezatan hidup inilah yang dilukiskan dalam hadits tentang kelezatan iman:
“Ada tiga perkara yang siapa pun memilikinya niscaya akan merasakan kelezatan iman; barang siapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari lainnya, barang siapa yang mencintai seseorang hanya karena Allah, dan siapa yang benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Proses menuju cinta suci yang diberkati Allah tidaklah mudah sehingga memerlukan upaya manajemen diri termasuk pengendalian ego dan penumbuhan rasa empati serta solidaritas sebagai persyaratan iman. Sabda Nabi saw:
“Tidaklah beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya (seiman) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” Bahkan cinta sesama mukmin merupakan syarat masuk surga “Tidaklah kalian akan masuk surga sampai kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sehingga kalian saling mencintai.” (HR. Muslim)
Cinta yang dikehendaki Islam adalah cinta sejati dan arif bukan cinta buta yang bodoh. Manajemen cinta mengajarkan agar perasaan cinta kepada seseorang tidak menghalangi kita untuk tetap melakukan segala hal yang semestinya kita kerjakan. Sehingga kita tidak akan melakukan ataupun meninggalkan segala hal demi rasa cinta ataupun mendapatkan cinta dari orang yang kita cintai meskipun hal itu bertentangan dengan kemaslahatan (kebaikan) dirinya, membahayakan orang lain dan menimbulkan kerusakan di muka bumi atau memancing kemarahan Allah. Karena sikap demikian merupakan cinta buta yang bodoh. Sebagai contoh seorang ibu yang begitu memanjakan anaknya karena cintanya yang mendalam sampai melupakan pendidikan dan pengajarannya yang pada gilirannya justru akan menjadi bumerang bagi orang tuanya karena menjadi anak durhaka.
Adapun cinta yang arif sejati adalah sebagaimana cinta Allah kepada hamba-Nya dan cinta Rasulullah kepada umatnya sehingga yang diinginkan Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah kebaikan, kesempurnaan dan kemuliaan dengan membenci segala kemungkaran dan kejahatan. (QS. Fathir: 35, Al-Kahfi: 18).
Seorang muslim tidak mengenal cinta monyet, cinta buta, cinta dusta, cinta palsu dan cinta bodoh. Ia hanya mengenal cinta suci mulia yang penuh kearifan dan kesadaran yang melahirkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan meletakkan cinta tersebut di atas segala-galanya sebagai tolok ukur cinta lainnya. Suatu ketika seorang Arab badui menghadap Nabi saw dan menanyakan perihal datangnya kiamat, lalu beliau balik bertanya: “Apa yang telah kau persiapkan?” Ia menjawab: “Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya” Beliau menyahut: “Engkau bersama siapa yang kau cintai” (HR. Bukhari dan Muslim)
Cinta karena Allah dan benci karena Allah akan menjadi filter, kontrol sekaligus tolok ukur dalam mencintai segala hal. Dengan demikian cinta yang tulus karena Allah Dzat Maha Abadi inilah yang akan bertahan abadi sementara cinta yang dilandasi motif lainnya justru yang akan cepat berubah, bersifat temporer dan akan membuahkan penyesalan. (QS. Az-Zukhruf: 43, Al-Furqan: 25)
– Bersambung

Islam di Mata Mualaf Ipar mantan PM Inggris

Islam di Mata Mualaf Ipar mantan PM Inggris


Colchester (ANTARA News) - "Apakah menjadi muslimah membuat anda merasa damai?," tanya seorang gadis cilik kepada Lauren Booth, adik ipar mantan PM Inggris Tony Blair. "It's very peacefull," jawab Booth yang sudah setahun menjadi muslimah.

Booth menjawab pertanyaan itu pada seminar "Islam, Fear Or Not To Fear?" yang merupakan bagian dari acara Islam Conference yang digelar Islamic Society Essex University, Colchester, pekan silam.

Perempuan kulit putih itu menjadi pembicara dengan topik "My Journey to Islam". Seminar itu dihadiri lebih dari 200 peserta termasuk walikota Colchester Sonia Lewis.

Dia mengatakan Muslim ingin semua orang menjadi bahagia. "Menjadi Muslim merupakan suatu kedamaian," ujar Lauren Booth lalu mengatakan bahwa kini dirinya menjadi lebih tenang.

Booth, yang mengenakan jilbab begitu menjadi muslimah, mengaku dibesarkan oleh orang tua yang tak religius di London Utara.

"Ayah saya, aktor Tony Booth, membagi waktunya antara bandar judi dan pub," kata perempuan kelahiran 1967 itu. Tony Booth dikenal karena perannya dalam Till Death Do Us Part. Tony adalah ayah dari Cherie Blair, istri mantan PM Inggris Tony Blair.

Kedua orang tuanya non-Muslim dan Booth menyebut ibunya lebih percaya tahayul, misalnya meletakkan benda tertentu di tempat tidur untuk mengusir setan.

"Pada saat saya kecil saya ingat suka berdoa kepada Tuhan, saat teman-teman bermain ketika istirahat saya justru suka membaca Alkitab," katanya.

Booth mengatakan persepsinya tentang Islam sama dengan umumnya orang barat saat terjadi peristiwa 9/11 di New York Amerika Serikat.

Tapi, ia mulai berpikir "apakah 1,3 miliar Muslim di dunia seburuk yang disebut-sebut. Mengapa tidak pernah terjadi perang besar antara kami dan mereka?"

Pertanyaan lain yang muncul adalah "mengapa wanita harus pergi belanja dengan mengunakan baju panjang dan penutup kepala. Sepertinya mereka merasa curiga saat saya sapa."

Dia mengaku "Saya hanyalah seorang wanita biasa yang merasa yakin ada sesuatu yang hilang dengan terjadinya peristiwa 9/11."

Dia mengaku makin penasaran dan sejak itu Lauren bertanya mengenai Islam, di antaranya kepada supir taksi yang berasal Somalia, Afganistan dan Irak.

Pada saat itu, sebagai wartawan Booth mendapat tugas meliput ke Palestina. Dia memang jurnalis yang sangat produktif dan menulis laporannya di berbagai Koran di Inggris seperti New Statesman, The Sunday Times, Guardian dan Daily Mail.

Pada tahun 2005, ia mengunjungi Tepi Barat untuk wawancara dengan Mahmoud Abbas. Pada tahun 2008, Lauren Booth kembali ke Gaza. Ia juga sering menghabiskan waktunya di Iran.

Saat terjadi pengepungan Israel di Jalur Gaza, Lauren menolak keluar dan menyatakan suatu kehormatan berada di bawah pengepungan bersama dengan orang-orang Palestina yang ingin bertahan hidup di bawah pendudukan Israel.

Makam Fatima
Lauren selanjutnya menjadi juru kampanye menentang perang di Irak. Dia mendukung Koalisi Hentikan Perang, Media Pekerja Terhadap Perang dan Gerakan FreeGaza.

Lauren memutuskan menjadi seorang Muslim enam pekan setelah mengunjungi makam Fatima al-Masumeh di kota Qom.

"Pada saat itu saya duduk dan merasakan keadaan yang penuh dengan spiritual, kebahagiaan mutlak dan sukacita," katanya.

Ketika dia kembali ke Inggris, Lauren memutuskan untuk segera mengucapkan dua kalimat Syahadah dan menganut agama Islam. "Saya tidak lagi minum alkohol," ujar Lauren yang menyebutkan bahwa keluarganya sangat kecanduan termasuk ayah dan mantan suaminya.

Ibu dua anak itu mengaku menjalani salat lima waktu dan punya hubungan sangat dekat dengan ibundanya.

Ketika anak Booth bertanya, apakah setelah menjadi Muslim ia akan tetap menjadi ibu bagi mereka, dia menjawab "Tentu saya menjadi ibu yang baik bagi mereka," ujar Lauren. Kedua anaknya mengikuti jejak Booth.

"Saya berusaha memberikan contoh, tidak mengurui mereka," ujar Lauren. Dia juga membaca Al-Qur`an setiap hari dan berharap tahun ini bisa melaksakan ibadah umroh.

Menurut Lauren Booth, makin banyak umat Muslim di Inggris merupakan pertanda baik bagi Negara tersebut. Dia mencontohkan diri sendiri yang sejak memeluk Islam menjadi pekerja yang baik dan menjadi ibu yang lebih baik untuk kedua putrinya.

Lauren berharap, perpindahan imannya menjadi seorang Muslimah itu bisa membantu Tony Blair, yang memperistri kakak tirinya, Cherrie, mengubah praduga tentang Islam. Tony Blair adalah pendukung George Bush dalam perang Irak.

Ketika berkomentar mengenai Tony Blair, Booth mengatakan "Tony Blair....... yaa Tony Blair," ujarnya diplomatis.
(ANT/A038)

Editor: Aditia Maruli

Kamis, 17 Februari 2011

Between Love and Love

between love and love
Suatu ketika someone bertanya padaku...

“Apakah kamu sudah punya pacar?“

Aku jawab’Belum’

“Maukah kamu jadi pacarku?“ Ia kembali bertanya.

Aku jawab’aku tak mau pacaran’

”Kenapa tidak mau pacaran?”

Karena pacaran adalah hal yang terlarang dalam Islam, kataku.

”Kenapa begitu, bukankah pacaran adalah ajang perkenalan, agar tidak menyesal setelah menikah, kalau menikah tanpa perkenalan bagaikan membeli kucing dalam karung dong?” Katanya mencibir keyakinanku yang tidak mau pacaran.

Aku jawab bahwa Islam tidak sesempit itu. Islam selalu menghadirkan solusi terbaik bagi setiap problematika hidup. Islam datang lengkap bersama aturannya, aturan yang sesuai fitrah manusia, memuaskan akal, dan menentramkan jiwa. Dalam Islam tidak ada pacaran, tapi taaruf…dan taaruf bukanlah semacam pacaran Islami.
Coba kita lihat apa yang dilakukan oleh orang yang berpacaran. Jalan berdua, saling berpandangan dan terkadang berpegangan tangan, saling merayu, dan lain-lain kegiatan yang menjurus pada nafsu dan syahwat. Maka, Pacaran itu adalah salah satu pintu untuk mendekati zina. Dan perintah Allah sudah begitu jelas dalam surat Al-Isra ayat 32

"‘dan janganlah kamu mendekati zina karena sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk’,
Perintah Allah sudah begitu jelas, Dia melarang hambanya untuk hanya sekedar mendekati, hanya mendekati. Dia amat paham dengan rinci setiap kemampuan hamba-Nya.
Manusia itu adalah mahluk yang serba lemah dan tidak berdaya. Jadi, jangan pernah sombong dengan kemapuan kita menjaga diri di dalam maksiat. Berpura-pura buta dan tuli serta menutup mata dan telinga dari kebenaran. Apakah aku harus pura-pura buta dan tuli, padahal kebenaran itu telah sampai padaku. Aku tidak mau kelak di hari penghisaban amal, Allah berkata padaku dengan murka

"celakalah kamu, padahal telah datang peringatan padamu, tapi kamu malah berpaling dan mengabaikannya. Sekarang terimalah balasan atas semua kelalaian dan kesombonganmu".

Aku tidak sanggup, aku tidak berani menjamin. Apalagi syetan selalu menggoda dari segala penjuru. Bagaimana mungkin iman bisa terjaga, sementara kita berada d tempat yang menjauhkan kita dari-Nya, kita melakukan hal yang melanggar syariatNya. Aku tak sanggup, aku hanya manusia biasa. Aku tak mau menggadaikan iman hanya untuk mengejar cinta sesaat. Allah...biarlah kering dua telaga beningku di dunia, asalkan aku dapat menjadi hamba yang beruntung, yakni hidup dalam keridhaan-Mu, dunia dan akhirat. Aku tak peduli dengan cibiran orang-orang padaku. Walaupun pahit dan sakitnya terasa sampai ke hati, tapi aku yakin nanti berbuah manis.

”Kalau begitu bagaimana kamu bisa menikah? Jodoh tidak turun sendiri dari langit, dan harus ada salah satu usaha untuk bisa menjemput jodoh. Kalau kamu tidak pacaran Itu berarti kamu tidak berusaha dong?” Dia kembali bertanya.

Aku tidak pacaran bukan berarti aku tidak berusaha, tapi aku ingin mendapat suami dengan jalan yang diridhai-Nya. Bahkan, aku adalah gadis yang bercita-cita menikah di usia muda. Tapi, aku hanyalah manusia biasa. Percayalah pada-Nya. Aku tidak pacaran, bukan berarti aku tak mau menikah. Tapi ini adalah wujud ketaatanku dan usahaku untuk meraih ridha-Nya. Dan Sebagai usaha juga, agar nanti aku mendapat jodoh yang baik. Baik menurut pandangan-Nya.
Aku yakin dan percaya pada-Nya. Masalah jodoh sudah ada ketetapannya. Aku tidak pacaran, bukan berarti aku tidak mau menikah. Jika aku selalu menolak lelaki yang datang, bukan berarti pula aku menolak jodoh. Hal ini terjadi, karena memang belum sampai pada jodohku. Jika saatnya tiba, Allah pasti akan membukakan hatiku untuk menerima lelaki yang memang telah disiapkan Allah untukku. Dengan cara yang mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran ku.

”Aku mengerti kini kenapa kamu tidak pernah punya pacar dan pacaran. Tapi bagaimanakah pandanganmu tentang jatuh cinta? Apakah kamu tidak pernah jatuh cinta, sehingga kamu selalu saja menolak cinta para pria dengan berbagai alasan.”
Cinta..?

Ah bagaimana bisa aku jatuh cinta. Bagaimana bisa cinta itu hadir, sementara belum ada ijab. Bagaimana cinta bisa datang, sementara belum ada cinta dan janji yang terucap dihadapan-Nya.
Ya...bagaimana bisa aku jatuh cinta, bagaimana aku bisa percaya dengan cinta seorang lelaki sementara ia tidak mengetuk hatiku dengan nama-Nya. Ya...sejak dulu, saat aku telah beranjak balig, tak ada satupun lelaki yang bisa meraih hatiku. Tak ada satupun lelaki yang mampu mengetuk pintu hatiku dengan cinta dan kesetiaannya. Berkali-kalipun mereka mengetuk dan dengan berbagai cara apapun. Tapi aku tetap tidak bergeming. Aku tidak percaya dengan cinta mereka. Aku tidak percaya.
Kenapa? Karena cinta yang mereka bawa bukanlah cinta sejati. Walaupun dimata nampak bagaikan pecinta sejati. Dan aku takan pernah membiarkan hatiku tergoda apalagi terbuka untuk cinta palsu dan sementara. Maafkan aku. Sungguh aku tak bermaksud menyakiti apalagi merasa sok cantik. Tidak. Tapi, aku memang benar-benar tak sanggup untuk menerima cinta sesaat. Walaupun aku begitu tersanjung dengan cinta mereka dan terkadang juga aku begitu simpati dengan mereka. Tapi, Aku tak pernah peduli dengan perasaanku yang menggelora, sungguh aku tak peduli sakitnya hati karena cinta bertepuk sebelah tangan. Aku lebih memilih memendam cintaku, dan menitipkan semua perasaanku kepada Sang empunya cinta.
Jika saatnya tiba, saat seorang lelaki datang mengetuk hatiku dengan nama-Nya. Membawa cinta-Nya dan mengikatku dalam rangkaian khitbah dan akad nikah, maka saat itulah aku akan percaya dengan cinta seorang lelaki, dan aku akan membuka lebar-lebar hatiku untuk cintanya, ya...saat itulah aku akan merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta. Jatuh cinta yang sesungguhnya.
Jatuh cinta dengan seorang yang sudah dihalalkan Allah untuk diriku. Jatuh cinta dengan jodohku. Jatuh cinta kepada suamiku. Cinta yang terlahir karena mengharap ridha-Nya, cinta yang sesungguhnya, cinta yang suci, cinta yang hakiki, cinta yang sejati, cinta yang telah didoakan oleh sepuluh ribu malaikat penghuni langit dan bumi. Cinta yang akan menuai banyak pahala dan berkah-Nya sepanjang masa. Cintanya sepasang pengantin yang telah diridhai oleh Tuhannya. Maka nikmat tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan?

”Kalau begitu, kenapa sampai sekarang belum menikah. Kenapa kamu selalu menolak lelaki yang dengan tulus ingin menikahimu?”

Belum datang jodohnya. Kataku pendek

”Kenapa kamu yakin salah satu dari mereka bukan jodohmu?”

Jodoh...?
Ah jika ada yang bertanya padaku tentang jodoh, sama halnya dia bertanya padaku tentang azal. Mampukah aku menjawab?, Tidak. Karena jodoh adalah bagian terdalam dari setiap takdir manusia, ia begitu gaib. Sejak ruh ditiupkan pada anak Adam, padanya telah ditetapkan umur, ajal, rijki, dan jodoh. Aku tidak tahu siapakah jodohku kelak, kapan, dimana, dan bagaimana aku bertemu dengan jodohku, apakah aku akan berjodoh di dunia ataukah diakhirat kelak. Aku tidak tahu. Aku hanya bisa berusaha dan berdoa supaya Allah menjodohkanku dengan kekasih-Nya.

”Tapi kenapa slalu menolak? Tidak ada salahnya bagi wanita untuk menerima lelaki yang bukan impiannya.” Kembali dia berkata.

Sebenarnya belum ada yang perlu ditolak sebab mereka belum melamar. Ini baru taaruf atau perkenalan. Kalau dari perkenalan saja aku sudah merasa sudah tidak mantap, tentu saja aku menolak melanjutkan ke taraf berikutnya. Lalu dengan menolaknya, apakah lantas sama artinya aku menolak jodoh? Dari mana mereka bisa menyimpulkan bahwa salah satu dari mereka adalah jodohku?
Bagiku jodoh bukankah sesuatu hal yang sepele. Bukan semata diukur dari suka atau tidak suka. Cocok atau tidak cocok. Pas atau tidak pas. Berumah tangga bukanlah suatu hal yang mudah seperti halnya membalikan kedua telapak tangan. Jika tidak hati-hati dalam menitinya, baik dalam perencanaan maupun ketika mengarunginya, ia akan menjadi bagian dari sebuah penderitaan yang tiada bertepi bagi siapapun yang menjalaninya.
Ketika ada yang mengajukan lamaran dan mengajak aku tuk menikah dan kutolak, maka tidak perlu ia merasa patah hati. Toh ia telah menjalankan suatu ibadah, membuktikan niatan suci dalam hati, dan berusaha menjalani sunnah dengan menikah, dan menjaganya dari cara-cara yang tidak diridhoiNya.
Sekali lagi, Setiap orang berhak tuk menerima atau menolak pinangan, baik laki-laki maupun perempuan. Dan sudah seharusnya kita bisa berbesar hati dan bersikap dewasa dalam menerima segala keputusan. Apalagi keputusan menikah yang merupakan salah satu hal yang sangat besar.
Dan aku sampai kapanpun takan menikah dengan lelaki yang tak pernah peduli dengan agamanya sendiri, dan menjadikan atribut duniawi sebagai kebanggaan. Aku takan pernah memilih seorang laki-laki hanya dengan pertimbangan emosional belaka tanpa memperhatikan bagaimana akhlaq dan kepribadiannya. Menikah bukan untuk gaya-gayaan. Menikah adalah bagian dari perjuangan dan karenanya, konsep menikah harus selaras dengan arah perjuangan dakwah.
Dan aku yakin kalau jodoh adalah rahasia Allah dan aku percaya pada-Nya.Aku yakin dan percaya pada-Nya. Masalah jodoh sudah ada ketetapannya. Aku tidak pacaran, bukan berarti aku tidak mau menikah. Jika kebetulan aku selalu menolak lelaki yang datang, bukan berarti pula aku menolak jodoh. Hal ini terjadi, karena memang belum sampai pada jodohku. Jika saatnya tiba, Allah pasti akan membukakan hatiku untuk menerima lelaki yang memang telah disiapkan Allah untukku. Dengan cara yang mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran ku.
Namun yang pasti semua tetap kembali pada takdir-Nya. Siapapun jodohku kelak, yang penting Allah ridha itu sudah cukup bagiku. Ya sebagai manusia biasa aku hanya bisa berusaha dan berdoa. Berusaha menjadi baik agar kelak berjodoh dengan yang baik. Aku berusaha membuat satu kriteria dalam memilih suami. Secara teoritis, aku ingin suamiku nanti seorang yang mampu menjadi imam bagi keluarga. Sebagai kriteria dasarnya, ia harus shaleh.
Kenapa kita membuat kriteria untuk syarat memilih suami, itu adalah bentuk upaya! Ikhtiar! Itu bukti bahwa kita menpunyai semacam upaya untuk membentuk rumah tangga yang baik. Itu suatu bukti bahwa pada saat kita memilih pasangan, kita memilihnya tidak berdasarkan nafsu dan syahwat. Itulah sebabnya Rasul menyebut tawakal sesudah ikhtiar, jika diletakan sebelumnya, itu bukan tawakal tapi kekonyolan.

”Yah...aku mengerti kini. Islam memang indah. Mulai kini aku hanya akan pacaran setelah menikah, seperti katamu ’Indahnya pacaran setelah menikah’. Dan aku akan berusaha menjadi orang shalih agar Allah menjodohkan aku dengan kaksih-Nya...” katanya mantap dengan senyum yang mngembang.
Amin. Semoga rahmat danhidayah-Nya selalu tercurah kepada kita semua. Kataku.